Trip to Pancoran

Baiklah pada tulisan kali ini aku ingin bercerita tentang perjalanan menuju Pancoran, Gunung Remuk Ketapang Banyuwangi. Kami (aku, Ummi Ufa dan Mbak Faiz) berangkat dari rumah Uti sekitar jam setengah dua siang, membawa bingkisan kurang lebih 40 kg menggunakan motor. Jadilah untuk perjalanan kali ini kami menggunakan 2 motor sebab meda tidak memungks melainkan untuk dijangkau dengan mobil.

Kami berangkat dari Cungking melalui rute Kalipuro trus ke utara, di perjalanan kami lupa jalan mana yang harus diambil, nyasar gak? Hehehehhe nilah nikmat perjalanan yakni kesasar. Ternyata kami salah jalan masuk harusnya kami ke utara terus sampai bertemu masjid besar baru ke arah timur. Karena nyasar, kami harus membelah jalanan Gunung Remuk yang luar biasa romantis butuh perhatian lebih. Gak recomended untuk kamu yang baru belajar nik motor.

Tahu lagu naik-naik ke puncak gunung gak? nah tuh deh cocok tapi beda dikit, karena jalanan batu bertanah juga rumah yang jarang membuat kami menaiki menuruni Gunung Remuk seperti halnya penjelajah yang memang berniat menjelajah. Alhamdulillah masih ada signal sehingga saat kita sudah benar-benar tidak tahu harus kemana dan tak ada orang lewat yang bisa ditanyai bantuan pun ada yakni Kak Tunggul (Rumah Literasi Indonesia). Setelah perjalanan yang menguji ketahanan akhirnya kami berjumpa dengan Pak Madi dan Kak Tunggul.

Perjalanan kali ini memang bertujuan mengunjungi Pak Madi sekaligus menyampaikan amanah bingkisan dari hamba Allah. Kalian kalau ikut pasti akan terkagum dengan pemandangan dan keehidupan masyarakat Pancoran ini khususnya pada tempat yang kemarin ku kunjungi Kampung Ternak.

Disana kami bertemu dengan Pak Madi seorangpejuang ulung menurutku, cerdas sangat cerdas dan peduli. Pak Madi ini hanyalah lulusan SD kalau dalam pendidikan formal, namun beliau salah satu aset milik Ketapang akrena beliau adalah seorang pembelajar ulung yang peduli. Beliaulah yang menggagas membranding kampungnya sebagai Kampung ternak, berawal dari pengamatan akan sekelilingnya membuat Pak Madi merancang dan memiliki cita-cita tempatnya sebagai Kampung Ternak, beliau ingin menciptakan konsep edukasi yang real ada, mimpi beliau adalah kampunya akan menjadi kampung wisata pendidikan. Jadi konsep wisata Kampung Ternak adalah mengenalkan susu beserta kandang ternak yang disetiap rumah pasti ada kandangnya, jadi wisatawan bisa menikmati susu murni langsung sekaligus bisa belajar, selain susu di Kampung ternak ini juga terkenal kopi arabica nya, kemarin nyoba beeeuuuh rasanya khas banget. Bisa banget kalo dijadikan bingkisan maupun oleh-oleh.

Selain menggagas Kampung Ternak, saat kami tiba kemarin di depan rumah Pak Madi ada bambu-bambu berdiameter kecil yang sedang di jemur. dan tahu kah kamu? Ternyata ba,bu -bambu inilah yang akan diolah menjadi sedotan bambu, subhanallah. Pak Madi mengerjakan pesanan secara manual dnegan melibatkan masyarakat sekitar rumahnya sehingga lebih meluaskan manfaat.

Bersambung

Comments

Populer Post

Sinopsis novel Akatsuki

Proses Osmosis pada Kentang

Bunga dan Kumbang