Kenapa Pendidikan Luar Biasa/ Pendidikan Khusus?

 



Kalau ada yang tanya kenapa PLB, jawabannya gak simpel nih karna panjang. Jadi saya akan ceritakan garis besar perjalanan meraih impian seorang Umi Layyina. Saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar kelas rendah, saya cukup sadar bahwa saya memiliki banyak sekali pertanyaan. Dulu perpustakaan di sekolah saya sanagt sepi tapi punya banyak sekali koleksi buku yang menyenangkan, jadi saya sering menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah hanya untuk melihat lihat cerita pendek, majalah bobo maupun sekedar bermain. Alhasil banyak pertanyaan muncul ketikas saya membaca istilah yang tidak  saya pahami, dulu bapak selalu memberi nasihat bahwa disekolaha adalah tepatmu untuk bertanyajika kamu tidak tahu, kamu boleh mencari semua hal yang ingin kamu ketahui dan boleh bertanya jika tidak tahu kepada bapak atau ibu guru. 

Dan disetiap akhir pembelajaran guru selalu bertanya,”Ada yang ingin ditanyakan?” , saat kalimat itu keluar hampir saya seau bertanya hal yang saya ingin ketahui tanpa melihat apakah ini tempat yang benar atau tidak. Karena menurut saya guru adalah mereka yang tahu lebih banyak. Karena hal yang saya lakukan, ada beberapa guru yang tidak menyukai saya, dan sebenarnya saya juga bertanya mengapa itu terjadi. Saya memiliki kinestetik yang baik dan fisik yang kuat jadi saya selalu bermain sekuat tenaga dan menurut saya, saya juga sudah belajar sekuat tenaga. Masa itu yang saya ingat, saya akan diam di dalam kelas dan memperhatikan tapi saya akan berlarian jika sudah di luar kelas. 

Sampai saat saya kelas 4 SD saya bertemu dengan seornag guru yang tidak pernah bepaing dari pertanyaan saya. Sebelumnya saya sempat bertanya kepada guru IPS saya dimanakah letak Pensylvania itu tapi tak mendapatkan jawaban. Kemudian saya juga pernah bertanya mengapa tumbuhan bisa menjadi batubara padahal kan mereka mengalami pembusukan yang berubah menjadi humus. Tapi pertanyaan-pertanyaan itu tak pernah terjawab. Hingga saya bertemu sosok Bu Faisah, beliau mengajar IPA dan untuk pertama kali saya belajar bersama beliau, saat saya bertanya Bu Faisah akan terus berusaha memberikan jawaban dan saat beliau tidak tahu maka itu akan menjadi PR untuk kami berdua. 

Sejak saat itu saya bercita-cita menajadi guru, karena menurut saya jika saya tidak berjumpa dengan Bu Faisah bisa jadi saya tidak akan tahu tentang dunia luar dan saya akan terus dianggap aneh dan dihindari oleh guru-guru karena saya yang terlalu banyak bertanya. 

Menjadi guru sekolah dasar adalah impian saya karena saya ingin membangun pondasi anak-anak seperti halnya Bu Faisah menumbuhkan saya.  Setelah saya bertemu Bu Faisah saya akhirnya tahu mengapa guru-guru lain terkesan tidak memperhatikan pertanyaan saya, karena saya sering bertanya diluar topik pembahasan bahkan kadangkala saya bertanya sebuah subjek yang seharusnya ditanyakan di mata pelajaran yang lainnya. Bu Faisah membuka pikiran bahkan impian saya untuk bisa menjadi seseorang, beliau juga yyang saat itu mengajak saya untuk mengikuti sebuah perlombaan yang menjadi titik balik anggapan saya yang hanya bisa bertanya. 

Sampai akhirnya saya bisa bersekolah di salah satu sekolah menengah atas terbaik di kota saya, semua orang tahu cita-cita seorang Umi Layyina yang ingin menjadi seorang Guru SD. Dan sebenarnya di sekolah saya, kami para siswa diarahkan untuk memilih kampus yang hmmm diluar keguruan seperti UI, ITB, UGM dan sebagainya itu. Jadi menajdi seornag guru bukan hal yang luar biasa untuk dijadikan sebagai cita-cita di sekolah saya. 

Saat itu saya sudah kelas 11 sepulang sekolah saya menunggu angkutan umum, di seberang jalan ada seseorang berteriak, “Itu sampah siapa?!”. Jadi di depan sekolah memenag ada beberapa sampah plastik yang berserakan, karena bukan saya yang membuang sampah saya memilih diam begitu juga teman-teman saya saat itu. Seseorang yang berteriak itu kemudian menyebrangi jalan dan mengambil sampah-sampah itu lau membuang sambil menatap kami yang ada di sana dengan sinis. Ah ternyata dia adalah anak sekolah sebelah (SLB).  

Sepanjang saya pulang, apa yang terjadi tadi sungguh sangat melekat dalam ingatan. Saya jadi bertanya-tanya,”gimana ya gurunya bisa membentuk sikap anak itu, padahal kan dia anak berkebutuhan khusus?”. Kesimpuannya adalah gurunya keren dan berhasil, maka sejak saat itu saya merotasi impian tentap menjadi guru namun bukan Guru SD melainkan Guru SLB atau sekarang disebut Guru Sekolah Khusus. Inilah alasan mengapa saya masuk jurusan pendidikan khusus dan masih terus bermimpi menjadi seorang ahli dibidang ini.


Comments

Populer Post

Sinopsis novel Akatsuki

Proses Osmosis pada Kentang

Bunga dan Kumbang