It's LOVE

pict by: google
Cinta bagiku adalah sesuatu yang sangat rahasia tak boleh terungkap bahkan kepada diri sendiri. Ketertarikan kepada seseorang bagiku adalah racun yang harus segera dtumpas sejak dini, karena bisa membuat otak berhenti bekerja dan tak produktif dan yang lebih parah adalah membawa sebuah rasa yaitu “kecewa”. Jadilah kini selama 21 tahun aku belum pernah mengakui atau lebih tepatnya tak mengakui sebuah rasa suka pada waktunya, aku lebih memilih membiarkannya berlalu dan jika sudah terlambat baru aku kan mulai mengakui karna bagiku sebuah rasa suka cinta sebelum waktunya hanya akan membawa luka, sebenarnya aku yang tak terlalu percaya diri dan tak mau mengalami “putus”.
Semakin aku tertarik maka semakin ku pupuki topeng pada hati agar tak pernah menunjukkan rasa suka, tapi topengku bukanlah kebencian melainkan pertemanan, setiap hari ku katakan pada diri ia adalah teman tak lebih dan tak boleh lebih karena sekali teman selamanya teman tak ada kata putus diantara teman.
Yah jika dilihat dari intro memang benar kisah ini akan menceritakan tentang sebuah kisah percintaan yang bisa dibilang berdiri di atas ego dan selalu tersadar setelah adanya kepergian atau perpisahan.
Baiklah ini kisah cinta, meski pada kondisiku kini andai aku tahu lebih awal aku tak akan melakukan maupun menjalani kisah cinta seperti ini, namun ada dua hal yang tak kusesali.
Bait pertama aku tak menyesal mengenal orang sepertimu
Mengenal seseornag sepertimu sungguh anugerah yang begitu indah. Dimana aku bisa merasakan rasanya berbagi, rasanya menyayangi, rasanya menerima, rasanya mencintai, rasanya disayangi, rasanya dilindungi, dn rasa-rasa yang lain.
Mengenal seseorang sepertimu yang tanpa sengaja, berawal dari pertemuan dnegan manusia yang sungguh biasa saja, bukan seorang ketua osis, ketua murid, ketua PMR, ataupun ketua pramuka, ya kau hanya murid biasa yang terlampau pandai untuk angkatanmu.
Seorang rival yang menyenangkan untuk diajak bersaing, kau membangkitkan jiwa kompetitif dalam diriku yang tanpa sadar sudah kupendam terpupuk kecewa. Kita tak berkenalan seperti layaknya muda mudi merajut asmara. Karna diantara kita memang tak terbersit hal itu yang ada hanya saling pacu untuk bisa maju melawan masing-masing diri kita. Mencoba menjadi manusia yang lebih cemerlang lagi dan lagi.
Kau bukan ‘anak yang biasa’ kuakui itu dengan segala pernak pernik warna kelam dalam hidupmu emmbuatku tertarik mengetahui kedalaman luka yang kau miliki, aku ingin menjadi teman terdekatmu diamna kau merasa nyaman membagi persoalanmu denganku bukan soal bahagiamu melainkan apa yang menyakitkan bagimu. Kau sudah memiliki banyak orang tuk melihat senyummu kurasa, ya para gadis menunggu senyummu dan kau sadar akan hal itu. Namun aku tertarik akan masa gelapmu saat kau sendiri bersembunyi dan aku ingin ada saat itu.
Kau dengan warna hitam dan merah darahmu, membangkitkan warna mentari dlam hidupku menjadi penyemangat tanpa perlu kau ucap. Tantangan yang senantiasa kau ajukan padaku, inggatkah tentang bunga aster kuning? Iya kau memacuku dengannya agar aku maju tanpa bayangan agar aku emmbentangkan sayapku melampaui tembok. Mungkin tak kau sadari hal itu. Kisah-kisah yang kau ceritakan ternyata tercetak menjadi warna baru dalam semangatku.
Kau dengan mimpimu dan aku dengan mimpiku, meski sebeanrnya kalau difikir mimpi kita tak serupa bahkan lain dunia namun kita ingin emnjadi masing-masing dalam hidup kita, kau rembulan aku bintang kita berbeda namun bercahaya dalam gelapnya malam diatas langit yang terbentang tinggi.
Masih ingat dengan segala teori yang kau ucap mengenai manusia jenismu yang memandang spesies jenisku dimana ‘kami’ harus berhati-hati terhadap sesuatu yang berwarna merah jambu karna itu sugguh berbahaya, dan aku masih terlalu kecil untuk bisa memahami hal sepertti itu begitu kau memaparkan.
Kau juga mengajarkan padaku tentang ‘ketidakpastian’ dan juga ‘permainan’ dimana dalam hidup ini kepastian adalah hal yang emnakutkan dan bisa jadi fluktuatif serta dinamis dan permainan adalah salah satu hal yang mewarnai, setidaknya begitu yang kau tunjukkan padaku, kau bermain dengan warna dari berbagai bunga dan kau tunjukkan padaku dengan senyummu. Aku hanyalah pengamat atas lukisan-lukisan yang kau ciptakan, dan aku masih melihat jurang dalam permainan-permainanmu tapi aku tak menyesal emngenalmu karna kau mengajarkan banyak hal dalam hidup bukan hanya soal semangat dan juga warna.
Selama perjalanan aku mengenalmu ada satu hal yang patut ku syukuri lebih dari apapun yakni pembelajaran membangun dinding yang kau ajarkan. Menghalau segalabentuk gangguan yang kan merusak taman yang kubangun. Bahkan kau membantuku merawat tamanku dengan membangun benteng didepan pagarku. Kau dengan segala keunikan dalam dirimu aku tak menyesal mengenalmu, hanya mencoba tak menghiraukan sebuah warna yang muncul.
Bait kedua aku tak menyesal menghentikan apa yang belum di mulai
Kita memiliki banyak persmaan bahkan mungkin jumlah elektron serta proton kita sama menjadikan kita berdampingan tapi tidak untuk saling bergandengan atau belum saatnya kita saling menyatu karna penyatuan membutuhkan usaha lebih dan legalitas yang jelas agar tak saling meniadakan terbakar mterhancurkan.
Masing-masing kita memiliki alasan mengapa jantung berdetak lebih kencang bereaksi lebih akan kehadiran masing-masing. Namun dalam perjalanna sebuah pertanyaan muncul apakah seperti ini yang kita inginkan tuk mengungkap rasa? Apakah akan memilih jalan fatamorgana penuh bunga padahal menginjak duri?
Apa yang ada dihadapan kita kini terlihat makin buram alurnya, taks ejelas kisah-kisah yang tlah terlulis, mungkin karna ini masih berada dalam perjalanna hingga kita belum tau alur seperti apa yanga kan kita lalui dan akhir seperti apa yang akan tercetak.
Masing-masing dari kita sepertinya sedang berusaha penuh dalam mencintai, menunjukkan ketertarikan dan juga kasih sayang saling menjaga, namun kemudian ada sebuah pertanyaan muncul, atas dasar apa kita saling menyayangi, atas dasar apa kita saling mengungkapkan?
Kemudian sebuah fakta hadir menyerta saat percik-percik api mulai nampak, awalnya hanya sekedar komentar mengenai apa-apayang tak disukai seperti saat ada yang lain mendekat, perasaan terusik mulai hadir. Kemudian entah kapan muncul rasa tak nyaman saat ada yang lain mendekat. Dan kesadaran hadir sepertinya apa yang kita fikir baik ternyata bukan kebaikan. Apa yang kita fikir jalan baik yakni mencintai tak sepenuhnya benar . yang kita fikir penuh bunga tenyata hanya hamparan duri.
Karna jika memang mencintai berarti melindungi dan mengharapkan yang terbaik untuk dia bukan kehancuran. Jika memang benar menyayangi tak akan rela jika tersakiti. Karna mencintai berarti menginginkan yang terbaik tuk terjadi dan tak ada jalan terbaik kecuali jalan-jalan yang Allah sukai.
Jika tanpa legalitas berarti sebuah kesalahan maka kenapa harus dilanjutkan?
Jika berjalan di atas api, kenapa harus ditempuh?
Bukankah ada jalan yang indah yang sudah ditetapkan olehNya untuk mereka yang mengatakan ‘mencintai’?
Maka untuk kita mari sudahi perjalanan duri ini, mari kita hentikan apa yang belum kita mulai, mari kita pilih jalan sesuai yang Dia kehendaki jika memang hati berkeinginann demikian.
Skenario terbaik memanglah milik Allah dan sepantasnya jika cinta memang sebenar cinta maka kita pasti ingin yang terbaik dengan mengikuti jalan yang tlah digariskan olehNya dan menempuhnya dengan cara-cara yang Allah suka.
Sebelum memulai mencintai yang lain, cinta haruslah diserahkan kepadaNya terlebih dahulu
Bukankah begitu?
Aku berlepas diri dari apa-apa yang lalu dan biarlah berjalan seperti apa yang Allah suka dalam hidupku, semoga aku tak mencintai makhluknya hingga mengalahkan cintaku padaNya karna yang kuingin keharuman cinta semerbak bunga kasturi bukan hamparan duri dan nyala api
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afin wa’fuanhu

Comments

Populer Post

Sinopsis novel Akatsuki

Proses Osmosis pada Kentang

Bunga dan Kumbang