Soedirman & Alfiah
Novel ini aku baca saat perjalanan pulang ke Banyuwangi bulan alu, sebenarnya sih novelnya sudah terbit dari sejak lama dan aku thu dari seornag teman sebut saja Annisa Suminar. Dia suka bnget sama Bapak Soedirman dan waktu tahu novel ini terbit dia langsung tarik ku ke toko buku, yang kalau gak salah waktu itu aku masih berburu buku lain antara 'Teaching like Finlandia' kalau gak bukunya Ebook 'Happy Little Soul'. ya antara kedua itu tapi akunya lupa.
Novel ini berlatar belakangkan sejarah dengan bumbu-bumbu kepiawaian sang penulis merajut kisah kedua tokoh ini, seorang Jendral dan istrinya, Soedirman dan Alfiah. Karya E. Rokajar Asura, 440
Penulis: E. Rokajat Asura
Hal: 440 Halaman
Terbit: Mei, 2017
"Beribu maaf, Bapak Haji, maksud kedatangan saya pagi ini hendak meminta kemurahan hati bapak, agar Alfiah, putri BApak, boleh saya jadikan teman hidup yang akan saya rawat sebaik-baiknya hingga kelak hari tua.” Kata-kata itu keluar dari mulut Soedirman ketika melamar Alfiah, gadis dari keluarga terpandang.
-Penggalan dalam novel yang bikin melelh :D
Dimulai sejak Soedirman msih berada dalam skolah hingga akhir beliau.
Soedirman dan Alfiah sebenarnya berada dalam satu sekolah, dimana memang sejak sekolah Soedirman termasuk murid populer dikarenakan sisi Leadership dan kemampuan Public speakingnya, selain itu mereka juga dekat dalam urusan organisasi kepemudaan Muhammadiyah.
Ayah Alfiah yang merupakan salah satu pengurus Muhammadiyah membuat Soedirman sering mengunjungi rumah beliau untuk bercakap-cakap dan diskusi, meski tentu yang ditemui adalah ayah Alfiah bukan Alfiah.
Kalau dari pihak ibu bapak Alfiah sebenarnya oke oke saja mendapat menantu seorang Soedirman, tapi dari kerabatlah yang menolak dikarenakan status Soedirman yang sedrhana dan ayahnya sudah meninggal namun tetap akhirnya pernikahan keduanya terlaksana.
Sejak sebelum emnikah dnegan Alfiah pun Soedirman sudah menunjukkan bibit-bibit perjuangannya untuk negara ini dan tak padam meski menikah bahkan malah makin bergelora, meski Soedirman kerap kali juga masuk ke dalam pemerintahan namun idealisme yang ia miliki masih tetap untuk Bumi Pertiwi. Terlihat betapa jenius dan ahlinya Soedirman dalam strategi meski belum bergabung dengan militer, meski saat jadi guru sekalipun Soedirman memiliki bekal strategi yang jitu.
Hingga akhirnya ia bergabung dengan militer.
Dari novel ini yang paling saya dapat adalah berjuanglah dimanapun kamu bisa berjuang, berkonstribusi lah walau pun kecil. Kau tak perlu menjadi seorang Soekarno untuk berjuang kau takperlu menjadi seorang yang terpandang untuk bisa melawan, yang au perlukana dalah apa yang kau miliki dalam dirimu kembangkan kemudian berkonstribusilah.
Sosok Soedirman dalam kisah ini bukan orang biasa, melainkan ia yang bisa menjadi penghubung atas juga bawah, ia menjadi jembatan pada posnya yakni militer dan sisi yang makin membuat saya kagum pada tentara adalah idealisme dan sikap ksatria mereka. Apa yang mereka perjuangkan adalah untuk bangsa, dan mereka tetaplah rendah hati juga berani.
Soedirman memandang pun dengan Bung Karno memandang akan Agresi militer, mereka bertentangan tapi kemudian dengan kerendahan hati dan ketaatan pada emimpin Soedirman bergerak pada akhirnya memilih jalan Gerilya, ia kokoh, tsiqoh, baqoh.
Seorang Soedirman tak akan bisa menjadi macan diluar jika didalam rumahnya tak ada macan betina yang menjaga rumah agar aman. Dan layaknya pasangan seorang Soedirman, Alfiah dapat dengan tenang dn berani menghadapi orang-orang buruk yang datang kerumah. Alfiah menajdi rumah bagi seornag Soedirman, bukan hanya kekasih tapi juga saudara, adik, ibu, teman diskusi, dan lain sebagainya. Meski Alfiah hanya seorang ibu rumah tangga namun bukan berarti ia tak paham keadaan, ia wanita cerdas yang mendukung suaminya.
Lagi-lagi mereka berbagi peran berbagi pos untuk berkonstribusi bukan hanya dalam rumah tangga tapi juga negara ini.
Cerita selengkapnya monggo dibaca lagsung novelnya
Novel ini berlatar belakangkan sejarah dengan bumbu-bumbu kepiawaian sang penulis merajut kisah kedua tokoh ini, seorang Jendral dan istrinya, Soedirman dan Alfiah. Karya E. Rokajar Asura, 440
Penulis: E. Rokajat Asura
Hal: 440 Halaman
Terbit: Mei, 2017
"Beribu maaf, Bapak Haji, maksud kedatangan saya pagi ini hendak meminta kemurahan hati bapak, agar Alfiah, putri BApak, boleh saya jadikan teman hidup yang akan saya rawat sebaik-baiknya hingga kelak hari tua.” Kata-kata itu keluar dari mulut Soedirman ketika melamar Alfiah, gadis dari keluarga terpandang.
-Penggalan dalam novel yang bikin melelh :D
Dimulai sejak Soedirman msih berada dalam skolah hingga akhir beliau.
Soedirman dan Alfiah sebenarnya berada dalam satu sekolah, dimana memang sejak sekolah Soedirman termasuk murid populer dikarenakan sisi Leadership dan kemampuan Public speakingnya, selain itu mereka juga dekat dalam urusan organisasi kepemudaan Muhammadiyah.
Ayah Alfiah yang merupakan salah satu pengurus Muhammadiyah membuat Soedirman sering mengunjungi rumah beliau untuk bercakap-cakap dan diskusi, meski tentu yang ditemui adalah ayah Alfiah bukan Alfiah.
Kalau dari pihak ibu bapak Alfiah sebenarnya oke oke saja mendapat menantu seorang Soedirman, tapi dari kerabatlah yang menolak dikarenakan status Soedirman yang sedrhana dan ayahnya sudah meninggal namun tetap akhirnya pernikahan keduanya terlaksana.
Sejak sebelum emnikah dnegan Alfiah pun Soedirman sudah menunjukkan bibit-bibit perjuangannya untuk negara ini dan tak padam meski menikah bahkan malah makin bergelora, meski Soedirman kerap kali juga masuk ke dalam pemerintahan namun idealisme yang ia miliki masih tetap untuk Bumi Pertiwi. Terlihat betapa jenius dan ahlinya Soedirman dalam strategi meski belum bergabung dengan militer, meski saat jadi guru sekalipun Soedirman memiliki bekal strategi yang jitu.
Hingga akhirnya ia bergabung dengan militer.
Dari novel ini yang paling saya dapat adalah berjuanglah dimanapun kamu bisa berjuang, berkonstribusi lah walau pun kecil. Kau tak perlu menjadi seorang Soekarno untuk berjuang kau takperlu menjadi seorang yang terpandang untuk bisa melawan, yang au perlukana dalah apa yang kau miliki dalam dirimu kembangkan kemudian berkonstribusilah.
Sosok Soedirman dalam kisah ini bukan orang biasa, melainkan ia yang bisa menjadi penghubung atas juga bawah, ia menjadi jembatan pada posnya yakni militer dan sisi yang makin membuat saya kagum pada tentara adalah idealisme dan sikap ksatria mereka. Apa yang mereka perjuangkan adalah untuk bangsa, dan mereka tetaplah rendah hati juga berani.
Soedirman memandang pun dengan Bung Karno memandang akan Agresi militer, mereka bertentangan tapi kemudian dengan kerendahan hati dan ketaatan pada emimpin Soedirman bergerak pada akhirnya memilih jalan Gerilya, ia kokoh, tsiqoh, baqoh.
Seorang Soedirman tak akan bisa menjadi macan diluar jika didalam rumahnya tak ada macan betina yang menjaga rumah agar aman. Dan layaknya pasangan seorang Soedirman, Alfiah dapat dengan tenang dn berani menghadapi orang-orang buruk yang datang kerumah. Alfiah menajdi rumah bagi seornag Soedirman, bukan hanya kekasih tapi juga saudara, adik, ibu, teman diskusi, dan lain sebagainya. Meski Alfiah hanya seorang ibu rumah tangga namun bukan berarti ia tak paham keadaan, ia wanita cerdas yang mendukung suaminya.
Lagi-lagi mereka berbagi peran berbagi pos untuk berkonstribusi bukan hanya dalam rumah tangga tapi juga negara ini.
Cerita selengkapnya monggo dibaca lagsung novelnya
Comments
Post a Comment