Sejarah Blambangan
Blambangan atau Banyuwangi
berasal dari kata Balambangan, symbol yang terkenal adalah ular berkepala
manusia, Banyuwangi juga dikenal sebagai sebagai kota gandrung.
Blambangan dihubungkan dengan
prasasti Balumbung maka diartikan lumbung yang berarti Blambangan menjadi
daerah stok pangan nasional.
Blambangan juga bisa berasal dari
kata Mbalambangan diambil dari perjuangan rakyt Banyuwangi mengusir penjajah
(Walanda) perjuangan rakyat ini dibantu oleh Mataram, Bali, Bugis, Makasar,
Madura. Kareana itulah Blambangan berarti banyak orang (Mbalambangan).
Kalau menurut prasasti Gunung
Botak Blambangan itu bukan Banyuwangi tetapi lumajang, biasanya dikenal dengan
lumajang tiganjuru kerena lumajang dibagi menjadi tiga penjuru, yaitu:
·
Pejuru utara: Wilayah Probolinggo – Besuki
·
Penjuru timur: Wilayah Jember, Banyuwangi –
selat bali
·
Penjuru selatan: wilayah lumajang – kencot laut
puger
Ibu kota Blambangan adalah
lumajang dan pemimpinnya adalah Adipati Arya Wiraraja ayau Banyak Wide atau
Adipati Menak Koncar.
Dahulu Banyuwangi bernama
Tirthogondho. Pada masa penjajahan 1771 ibu kota pertama di ulu pang pang atau
Benculuk, sedang pelabuhannya di Banyu Alit atau Blimbingsari, bentengnya
berada di Lateng (daerah Rogojampi) sebelum pindah di Songgon.
Walaupun sudah dibantu kerajaan
Jembrana, ternyata benteng lateng runtuh, sehingga Mas Rempeg pergi ke Songgon
lalu membangun benteng disana yaitu benteng Rawa Bayu dan disana terjadi perang
Puputan Bayu yang berakhir 08-12-1772. Lalu mas Rempeg menjadi pangeran Jaga
Pati dibantu oleh Sayu Wiwit.
Asal Usul Kerajaan
Blambangan jika Ditinjau dari Realita
Blambangan berdiri pada tahun 1295. Prasasti Kudadu berarti
“Jika Wijaya jadi raja maka desa akan dibebaskan dari pajak”. Setelah wijaya
menjadi raja dan arya Wiraraja diberi sebuah wilayah. Karena terjadi
ketidakpuasan dari pengikut wijaya, maka timbullah pemberintakan Ronggo Lawe
namun ia mati di sungai Tampak Bares. Dan yang membunuh Ronggo Lawe adalah
ekspedisi Pamalayu dibawah pimpinan Senopati Kebo Amabang. Lembu Sora marah
karena Ronggo Lawe terbunuh olehkarena itu ia membunuh Kebo Amabang dan dia
pulang kepada Arya Wiraraja. Dan terjadi pemberontakan Lembu Sora di Lumajang
ada benteng “Biting”
Perang paregreg
Perang Paregreg menjadi majapahit akhir dilambangkan dengan
sirno ilang kertaning bumi tahun 1400 saka atau 1473 masehi.
Comments
Post a Comment