Burlian karya Tere Liye

Selesai dibaca pada 8 November 2016 pukul 17.30 WIB
Tulisan itulah yang kan kau temui di halaman akhir “Burlian”
Sebuah novel karya Bang Tere dari Serial Anak Mamak.
Pertama kali dicetak pada November 2009 dan kini telah memasuki cetakan ketiga belas pada Februari tahun 2016.
Diterbitkan oleh Repubika Penerbit (PT Pustaka Abdi Bangsa).
Jumlah halaman vi + 339 halaman dengan ukuran 13.  x 20.5 cm
Buku ini merupakan buku kedua dari serial anak mamak dengan buku pertama yakni “Pukat” dan menanti (belum beli) Amelia serta Eliana. Pukat saya belum bikin ulasannya, jadi lompat ke Burlian aja dulu ya soalnya masih fresh nih.
Keempat novel bang Tere ini mengisahkan masing-masing anak dari Mamak yang mereka memiliki spesifikasi masing-masing yakni Eliana si Pemberani, Pukat si Pintar, Burlian si Spesial, dan Amelia si Kuat. Julukan ini memang sengaja diciptakan oleh bapak dan mamak untuk memberikan mindset tentang pribadi anak-anaknya dan memang sungguh pengaruhnya luar biasa.
Pada sesi kali ini saya akan membahas mengenai Burlian anak ketida dari mamak. Layaknya anak-anak pada umumnya Burlian memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada buku ini diperlihatkan sosok Burlian yang menggebu-gebu penuh semangat, sangat gampang penasaran, supel, gampang berkenalan dengan orang abru dilihat dari bagaimana ia bisa akrab sengan Nakamura yang notabenenya merupakan orang asing bahkan dari negara asing.
Burlian juga memiliki pola pikir yang bisa dibilang dewasa untukanak seumurannya namun tetap memiliki pemikiran anak-anak jika berhadapan dengan orang dewasa. Burlian mengalami banyak kejadian yang erhubungan dengan luka mulai dari cerita saat ia umur 3 tahun bagaimana Mamak melindunginya dan mengorbankan tubuhnya unttuk melindungi Burlian, hampir di teerkam buaya, terkena reruntuhan sekolah yang roboh, hingga kejadian di kuburan belakang.
Diusianya yang masing sangat belia, Burlian kerap diikutkan dalam menyelesaikan permasalahan yang bisa dibilang tidak kecil, mulai dari bagaimana ia mendekati Ahmad si ringkih hingga berani mengamuk laksana singa untuk membela kehormatan temannya itu. Burlian juga terlibat dalam “misi rahasia” bersama Pak Bin untuk membuat teman-teman yang ingin berhenti sekolah di kelas lima kembali sekolah lagi terkhusus pada Munjib. Dan hal yang menurut saya memperlihatkan betapa spesial dan beraninya Burlian adalah saat gedung sekolah runtuh dan menyebabkan si kembar Juni July meninggal, beberapa anak terluka termasuk Burlian yang terluka bahkan pada bagian kepala hingga ia dilarikan ke rumah sakit, saat menteri datang bersama dengan TVRI menyebut Burlian sebgaai anak yang selamat dari reruntuhan. Saat Burlian diberi kesempatan mengungkapkan apa yang ia ingin katakan saat inilah terlihat betapa spesial Burlian ini ia mengatakan keinginannya
Sekolah kembali dibangun
Buku-buku dan perpustakaan (karna ia ingat mereka tak punya perpustakaan)
Lapangan bulutangkis
Seragam sekolah
Beasiswa untuk seluruh murid
Motor untuk guru0guru
Dan disela Burlian menyebutkan keinginannya ia disela oleh pak menteri untuk menghentikannya. Namun jawaban bBurlian adalah “Bapak sudah berjanji akan melaksanakannya” dan akhirnya ia diberi satu kesempatan lagi untuk menambah daftar keinginannya maka ia menyebutkan “Aku ingin pak bin diangkat jadi PNS”.
Dalam buku ini juga diperlihatkan betapa Mamak adalah ibu yang peduli akan masa depan dan sangat tegas juga berani. Saat itu ada program pemerintah SDSB (kayak nomer togel persis) merebak di kampung, awalnya si di kecamatan namun kemudian malah buka pos di bawah rumak wak Lihan yang membuat irang-ornag jadi kerajinan dan ketagihan ikutan itu padahal kan masuk judi. Burlian sudah dilarang oleh Mamak untuk dekat-dekat. Samapi akhirnya Mamak menemukan kupon milik Burlian yang membuat beliau menyingsingkan tangan menarik Burlian menuju pos SDSB dan memerintahkan Eliana menuju masjid untuk meminta petugas memukul bedug. Bisa dibayangkan Mamak mengajak para warga untuk menyerbu pos like demo gitu. Dengan lantang mengatakan TUTUP SEKARANG JUGA!!!! Bahkan seklipun saat itu kupon Burlian menang, Mamak tetap merobeknya dan tetap pada tuntutannya untuk ditutupnya pos SDSB di kampunya. Perkara SDSB ini bukan hanya sekedar tak adanya uang beli beras tapi kerusakan. Meski warga telah menyerbu tetap saja ada sangkalan dari penjaga pos meski ia mengatakan tak akan menjual kepada anak-anak di dukung oleh Mang Dullah yang merupakan kepala kampung tetap saja Mamak berteriak lantang untuk ditutup. Namun apalah daya suara orang kampung melawan program pemerintah. Kata Wak Yati tak ada suara untuk orang bodoh.
Hingga para mahasiswa berkumpul di Jakarta melakukan demo untuk dihapuskannya program SDSB barulah SDSB benar-benar ditutup bubrah bubar.
Buku ini banyak rasa banyak warna banyak cinta banyak membuka mata
Recomended untuk para Guru, orang tua, remaja, dan Anak-anak

Comments

Populer Post

Sinopsis novel Akatsuki

Proses Osmosis pada Kentang

Bunga dan Kumbang