Tentang Kamu by Tere Liye
Hujan turun dengan deras
Berbeda dengan di sana di wwilayah Paris yang sedang turun salju
Tapi sama-sama dingin, melakukan perjalanan seorang diri di kedua musim ini bukan hal yang mudah apalagi jika hanya sendiri seorang diri
Beberapa wkatu lalu aku merasa sangat suntuk, apalagi obatnya kalau bukan window shoping ke toko buku? Ya akhirnya di sore itu setelah hari-hari sebelumnya sempat gagal aku memutuskan keluar menuju salah satu toko buku di kota Jogjakarta.
Ternyata ada karya baru dari Bang Tere judulnya “Tentang Kamu”. Sebenarnya aku ke toko buku ingin membeli serial anak mamak yang lain karena memang aku baru memiliki Pukat. Alhasil bimbang antara ingin Burlian dan Eliana atau Burlian dan Tentang Kamu, atau Burlian dan Biografi Buya Hamka.
Jadilah hati memantapkan membawa pulang Burlian dan Tentang Kamu
Sungguh covernya membuatku tertarik, terlebih sinopsis dibelakang buku aku sempat bimbang membeli karena aku kira berisikan kisah cinta
Tentang Kamu
Terimakasih untuk kesempatan mengenalmu,
itu adalah salah satui anugerah terbesar hidupku
Cinta memang tidak perlu ditemukan,
cintalah yang akan menemukan kita.
Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali,
aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir,
tapi aku tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi
Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi
Semua akan berlalu, seperti sungai mengalir.
Maka biarlah hidupku mengalir seperti
sungai kehidupan
Dari sepenggal goresan di atas hipotesis awalku adalah buku ini berbicara tentang perjalanan cinta seseorang namun bukan perjalanan cinta yang manis melainkan penuh perjuangan.
Baru halaman ke dua belas aku membaca novel ini, mulailah terlihat ternyata novel ini bukan sekedar berbicara cinta antara laki-laki dan perempuan penuh romansa tapi lebih kepada cinta, perjalanan cinta kehidupan.
Dimulai dengan pengenalan tokoh Zaman sebagai seorang Pengacara dari Firma hukum yang eksklusif dan sangat memegang prinsip kehormatan. Sebuah firma hukum bernama Thompson & Co. yang merupakan firma hukum bergerak dibidang elder law (simplenya ngurus tentang warisan). Kantor mereka bak kuil suci da pengacaranya adalah para ksatrianya.
Singkatnya ada kasus yang sangat unik dimana seorang wanita berusia 70 th meninggalkan warisan satu miliar poundsterling bernama Sri Ningsih. Kasus ini diserahkan kepada Zaman, yang menjadi masalah adalah sangat minim sekali data mengenai Sri Ningsih bahkan informasi yang diketahui hanyalah ia meinggal di panti Jompo di Paris.
Inilah perjalanan Zaman menyusuri kehidupan seorang Sri Ningsih. Di mulai dengan perjalannanya di Paris untuk pertama kali seorang Zaman mendatangi panti Jompo. Panti jompo yang snagat sederhana membuatnya heran bagaimana mungkin orang kaya seperti Sri tinggal di panti Jompo. Disinilah ia bertemu dengan Aimee seorang pekerja di panti tersebut.
Sosok Sri sangat sederhana, sangat sedikit pula informasi yang dimiliki Zaman hanya sebuah buku diary milik Sri yang berada di tangan Aimee lah petunjuknya saat itu.
Terbanglah Zaman menyusuri goresan tangan Sri di dalma buku diarynya. Mencari sebuah tempat bernama Pulau Bungin. Pulau di daerah Sumbawa membawa zaman menyelami kehidupan Sri dimasa kecilnya tahun 1946-1960 juz pertama mengenai kesabaran. Di pulau ini Zaman mendengar kisah Sri dari seorang pak Tua yang untuk menemukannya butuh waktu bukan karna sulit ditemukan tapi karena memang tak ada petunjuk. Pak Tua itu bernama Ode teman Sri, seorang anak lelaku berusia tahun saat keluarga Sri tinggal di pulau Bungin.
Perjalanan selanjutnya mengarah pada sebuah pesantren di pulau jawa di wilayah Surakarta disinilah Juz Kedua tentang persahabatan 1961-1966. Pada bab kehidupan Sri kali ini menceritakan kehidupan Sri di pesantren dan persahabatan juga penghianatan. Pada fase ini timbul kejadia yang amat pahit tentang pembantaian PKI dan persahabatan juga penghianatan. Sri bersahabat dengan Nuraeni (putri pak kyai) dan Mbak Lastri (salah satu pengajar yang sudah menikah dengan Musoh yang juga merupakan pengjar di sana). Berawal dari kecemburuan Musoh terhadap suami Nuraeni yang dirasa sudah menggantikan dirinya dan mengancam masa depannya sebagai penerus pak kyai, Musoh lalu memilih keluar dan memilih bersanding dengan PKI diikuti oleh Mbak Lastri yang telah meminum pil fitnah. Pada fase ini Sri tetap mendekati Lastri bahkan setelah apa yang Lastri lakukan pada Pesantren juga adiknya Tilamuta.
Juz ketiga tentang keteguhan hati 1967-1979. Seorang Sri Ningsih melanjutkan perjalanan meninggalkan Surakarta karena hati tak menginginkan kenangan tuk menghantui, ia melangkahkan kaki menuju pusat negeri “Jakarta”. Di Jakarta ia mencoba banyak peruntungan hingga bisa menjadi seorang pengusaha sabun mandi dengan inovasi lika liku perjuangan mengalami untung rugi mulai dari yang tebilang kecil hingga jutaan. Namun ada keganjalan, secara tiba-tiba Sri Ningsih meninggalkan perusahaan yang sedang cerah gemilang seolah ia melihat hantu yang sangat menakutkan.
London
Tentang persahabatan, ketulusan, dan cinta inilah juz keempat 1980-1999. Seorang Sri nNingsih menyusuri jalanan london menjadi seorang supir bus, melalui bus ini ia menemukan ketulusan persahabatan juga menemukan cinta yang menjadi pelabuhan hatinya, bertemu keluarga hangat dari negeri India. Seorang pemuna bernama Hanka terbilang usia 40an dan Sri yyang berusia 30an. Laki-laki yang begitu romantis dan juga tulus hingga ia rela menempuh perjalanan anjang hanya untuk melihat seorang Sri berawal dari kekaguman akan keteegasan dan kelembutan sosok Sri.
Keluarga india dan luar biasanya salah satu membernya dikenal dekat oleh Zaman. Betapa sempitnya dunia ini melangkah jauh meninggalkan london mencari tahu tentang Sri padahal kenalannya sendiri mengenal Sri Ningsih.
Sri dan Hanka potret ketulusan akan cinta. Sri memang berhak bertemu sosok seperti Hanka. Hingga ahkir Hanka tetap mencintai Sri. Sebuah episode mengenai kebahagiaan juga kehilangan, setiap perjumpaan akan ada perpisahan. Namun Sri mampu bangkit meski memang ia membutuhkan waktu sejenak tuk berteman dengan air mata tapi hanya sejenak lalu ia bangkit.
Suatu hari mengejutkan Sri pun pergi menuju Paris tanpa pamit hanya selembar note tersampaikan pada keluarga India.
Sepenggal jalan Zaman dekat dengan kehidupan Sri, tiba-tiba datang A & Z law yang mencoba peruntungan untuk mendapatkan warisan Sri. Sebuah fakte mengejutkan kehadiran sosok Ningrum dan Murni mengaku mengenbal dan mengatakan bahwa Talimuta masih hidup. Maka Zaman harus segera menuntaskan episode kehidupan seorang Sri Ningsih dan mencari surat wasiat.
Terbanglah zaman menuju paris mengunjungi panti tuk melihat lagi mencari lagi hingga ia mendapat sebuah benang merah dari kekayaan 1% saham yang dimiliki oleh Sri Ningsih. Dua buah surat tertuju pada Nuraini dan Thomson & co, terkirim oleh Sri Ningsih sendiri. Terlampir dalam surat-surat yang diberikan Nuraini pada Zaman ternyata disitulah surat wasiat itu berada. Betapa mengejutkan perjalanna zaman padahal apa yang ia cari telah berada di tangannya cukup lama.
Dan sosok ningrum juga tilamutta adalah episode kehidupan Sri yang pilu, kembali pada persahabatan yang hancur hanya rasa iri juga kekejaman pki.
Zaman telah menyusuri kehidupan Sri dan menyelesaikan persoalan 1% saham itu.
Sebuah perjalanan tentang Juz Kelima tentang memeluk semua rasa sakit
Ibu, bapak bagaimana kita berdamai dengan begitu banyak kejadian yang menyakitkan?
Bagaimana jika semua hal menyesakkan itu ibarat hujan deras ditengah lapangan, kita harus melewati lapangan menuju tempat berteduh di seberang, dan setiap tets air hujan laksana setiap hal menyakitkan dalam hidup?
Bagaimana agar Sri bisa tiba di tempat tujuan tanpa terkena satu tetes airnya?
Sri sekarang tahu jawabannya
Yaitu justru dengan melompatlah ketengah hujan, biarkan seluruh tubuh kuyup.
Menarilah bersama setip tetesnya, tarian penerimaan, jangan pernah di lawan,
karna sia-sia saja kita pasti basah
Berbeda dengan di sana di wwilayah Paris yang sedang turun salju
Tapi sama-sama dingin, melakukan perjalanan seorang diri di kedua musim ini bukan hal yang mudah apalagi jika hanya sendiri seorang diri
Beberapa wkatu lalu aku merasa sangat suntuk, apalagi obatnya kalau bukan window shoping ke toko buku? Ya akhirnya di sore itu setelah hari-hari sebelumnya sempat gagal aku memutuskan keluar menuju salah satu toko buku di kota Jogjakarta.
Ternyata ada karya baru dari Bang Tere judulnya “Tentang Kamu”. Sebenarnya aku ke toko buku ingin membeli serial anak mamak yang lain karena memang aku baru memiliki Pukat. Alhasil bimbang antara ingin Burlian dan Eliana atau Burlian dan Tentang Kamu, atau Burlian dan Biografi Buya Hamka.
Jadilah hati memantapkan membawa pulang Burlian dan Tentang Kamu
Sungguh covernya membuatku tertarik, terlebih sinopsis dibelakang buku aku sempat bimbang membeli karena aku kira berisikan kisah cinta
Tentang Kamu
Terimakasih untuk kesempatan mengenalmu,
itu adalah salah satui anugerah terbesar hidupku
Cinta memang tidak perlu ditemukan,
cintalah yang akan menemukan kita.
Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali,
aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir,
tapi aku tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi
Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi
Semua akan berlalu, seperti sungai mengalir.
Maka biarlah hidupku mengalir seperti
sungai kehidupan
Dari sepenggal goresan di atas hipotesis awalku adalah buku ini berbicara tentang perjalanan cinta seseorang namun bukan perjalanan cinta yang manis melainkan penuh perjuangan.
Baru halaman ke dua belas aku membaca novel ini, mulailah terlihat ternyata novel ini bukan sekedar berbicara cinta antara laki-laki dan perempuan penuh romansa tapi lebih kepada cinta, perjalanan cinta kehidupan.
Dimulai dengan pengenalan tokoh Zaman sebagai seorang Pengacara dari Firma hukum yang eksklusif dan sangat memegang prinsip kehormatan. Sebuah firma hukum bernama Thompson & Co. yang merupakan firma hukum bergerak dibidang elder law (simplenya ngurus tentang warisan). Kantor mereka bak kuil suci da pengacaranya adalah para ksatrianya.
Singkatnya ada kasus yang sangat unik dimana seorang wanita berusia 70 th meninggalkan warisan satu miliar poundsterling bernama Sri Ningsih. Kasus ini diserahkan kepada Zaman, yang menjadi masalah adalah sangat minim sekali data mengenai Sri Ningsih bahkan informasi yang diketahui hanyalah ia meinggal di panti Jompo di Paris.
Inilah perjalanan Zaman menyusuri kehidupan seorang Sri Ningsih. Di mulai dengan perjalannanya di Paris untuk pertama kali seorang Zaman mendatangi panti Jompo. Panti jompo yang snagat sederhana membuatnya heran bagaimana mungkin orang kaya seperti Sri tinggal di panti Jompo. Disinilah ia bertemu dengan Aimee seorang pekerja di panti tersebut.
Sosok Sri sangat sederhana, sangat sedikit pula informasi yang dimiliki Zaman hanya sebuah buku diary milik Sri yang berada di tangan Aimee lah petunjuknya saat itu.
Terbanglah Zaman menyusuri goresan tangan Sri di dalma buku diarynya. Mencari sebuah tempat bernama Pulau Bungin. Pulau di daerah Sumbawa membawa zaman menyelami kehidupan Sri dimasa kecilnya tahun 1946-1960 juz pertama mengenai kesabaran. Di pulau ini Zaman mendengar kisah Sri dari seorang pak Tua yang untuk menemukannya butuh waktu bukan karna sulit ditemukan tapi karena memang tak ada petunjuk. Pak Tua itu bernama Ode teman Sri, seorang anak lelaku berusia tahun saat keluarga Sri tinggal di pulau Bungin.
Perjalanan selanjutnya mengarah pada sebuah pesantren di pulau jawa di wilayah Surakarta disinilah Juz Kedua tentang persahabatan 1961-1966. Pada bab kehidupan Sri kali ini menceritakan kehidupan Sri di pesantren dan persahabatan juga penghianatan. Pada fase ini timbul kejadia yang amat pahit tentang pembantaian PKI dan persahabatan juga penghianatan. Sri bersahabat dengan Nuraeni (putri pak kyai) dan Mbak Lastri (salah satu pengajar yang sudah menikah dengan Musoh yang juga merupakan pengjar di sana). Berawal dari kecemburuan Musoh terhadap suami Nuraeni yang dirasa sudah menggantikan dirinya dan mengancam masa depannya sebagai penerus pak kyai, Musoh lalu memilih keluar dan memilih bersanding dengan PKI diikuti oleh Mbak Lastri yang telah meminum pil fitnah. Pada fase ini Sri tetap mendekati Lastri bahkan setelah apa yang Lastri lakukan pada Pesantren juga adiknya Tilamuta.
Juz ketiga tentang keteguhan hati 1967-1979. Seorang Sri Ningsih melanjutkan perjalanan meninggalkan Surakarta karena hati tak menginginkan kenangan tuk menghantui, ia melangkahkan kaki menuju pusat negeri “Jakarta”. Di Jakarta ia mencoba banyak peruntungan hingga bisa menjadi seorang pengusaha sabun mandi dengan inovasi lika liku perjuangan mengalami untung rugi mulai dari yang tebilang kecil hingga jutaan. Namun ada keganjalan, secara tiba-tiba Sri Ningsih meninggalkan perusahaan yang sedang cerah gemilang seolah ia melihat hantu yang sangat menakutkan.
London
Tentang persahabatan, ketulusan, dan cinta inilah juz keempat 1980-1999. Seorang Sri nNingsih menyusuri jalanan london menjadi seorang supir bus, melalui bus ini ia menemukan ketulusan persahabatan juga menemukan cinta yang menjadi pelabuhan hatinya, bertemu keluarga hangat dari negeri India. Seorang pemuna bernama Hanka terbilang usia 40an dan Sri yyang berusia 30an. Laki-laki yang begitu romantis dan juga tulus hingga ia rela menempuh perjalanan anjang hanya untuk melihat seorang Sri berawal dari kekaguman akan keteegasan dan kelembutan sosok Sri.
Keluarga india dan luar biasanya salah satu membernya dikenal dekat oleh Zaman. Betapa sempitnya dunia ini melangkah jauh meninggalkan london mencari tahu tentang Sri padahal kenalannya sendiri mengenal Sri Ningsih.
Sri dan Hanka potret ketulusan akan cinta. Sri memang berhak bertemu sosok seperti Hanka. Hingga ahkir Hanka tetap mencintai Sri. Sebuah episode mengenai kebahagiaan juga kehilangan, setiap perjumpaan akan ada perpisahan. Namun Sri mampu bangkit meski memang ia membutuhkan waktu sejenak tuk berteman dengan air mata tapi hanya sejenak lalu ia bangkit.
Suatu hari mengejutkan Sri pun pergi menuju Paris tanpa pamit hanya selembar note tersampaikan pada keluarga India.
Sepenggal jalan Zaman dekat dengan kehidupan Sri, tiba-tiba datang A & Z law yang mencoba peruntungan untuk mendapatkan warisan Sri. Sebuah fakte mengejutkan kehadiran sosok Ningrum dan Murni mengaku mengenbal dan mengatakan bahwa Talimuta masih hidup. Maka Zaman harus segera menuntaskan episode kehidupan seorang Sri Ningsih dan mencari surat wasiat.
Terbanglah zaman menuju paris mengunjungi panti tuk melihat lagi mencari lagi hingga ia mendapat sebuah benang merah dari kekayaan 1% saham yang dimiliki oleh Sri Ningsih. Dua buah surat tertuju pada Nuraini dan Thomson & co, terkirim oleh Sri Ningsih sendiri. Terlampir dalam surat-surat yang diberikan Nuraini pada Zaman ternyata disitulah surat wasiat itu berada. Betapa mengejutkan perjalanna zaman padahal apa yang ia cari telah berada di tangannya cukup lama.
Dan sosok ningrum juga tilamutta adalah episode kehidupan Sri yang pilu, kembali pada persahabatan yang hancur hanya rasa iri juga kekejaman pki.
Zaman telah menyusuri kehidupan Sri dan menyelesaikan persoalan 1% saham itu.
Sebuah perjalanan tentang Juz Kelima tentang memeluk semua rasa sakit
Ibu, bapak bagaimana kita berdamai dengan begitu banyak kejadian yang menyakitkan?
Bagaimana jika semua hal menyesakkan itu ibarat hujan deras ditengah lapangan, kita harus melewati lapangan menuju tempat berteduh di seberang, dan setiap tets air hujan laksana setiap hal menyakitkan dalam hidup?
Bagaimana agar Sri bisa tiba di tempat tujuan tanpa terkena satu tetes airnya?
Sri sekarang tahu jawabannya
Yaitu justru dengan melompatlah ketengah hujan, biarkan seluruh tubuh kuyup.
Menarilah bersama setip tetesnya, tarian penerimaan, jangan pernah di lawan,
karna sia-sia saja kita pasti basah
Comments
Post a Comment