Sambung rahim part 2
Persinggahan keempat
Masih berada di wilayah yang sama yakni Cluring, kami menemui seorang kepala desa perempuan namanya Bu Kip. Seru sekali ternyata visi mereka tuk kepedulian terhadap masyarakat, dulu beliau pernah menjawabat sebagai salah satu dewan di Banyuwangi. Beliau berkisah bahwa menjadi lurah lebih menyenangkan dibandingkan menjadi dewan karna disini ia benar bisa melihat masyarakat secara langsung, berinteraksi secara langsung untuk melihat kebutuhan masyarakat. Kalau saat sebagai anggota dewan jarak jauh dan iklimnya berbeda sebab di kursi dewan isinya bukan bagaimana menumbuhkan tapi bagaimana pendapatku diterima oleh karena itu sikut sikutan adalah hal lumrah.
Ia juga berkisah tentang slogan yang sering disebut pimpinana atas sebagai kerja nyata, Bu Kip berkata, pemimpin atas seringkali melakukan hal yang tak menyenangkan contohnya: mereka mengeluarkan berita terlebih dahulu kalau memberikan bantuan sebelum kerja dilakukan. Jadi saat berita sudah menyebar dimasyarakat namun barangnya belum ada yang diubek ubek tentuk kepala desa begitu kata bu Kip. Perbicangan Politisasi media dan realita lapangan, bahkan beliau berkisah tentang posisi yang lebih tinggi darinya saat ada sebuah persoalan orang ini sering kabur tp langgeng sekali di jabatannya. Percakapan kali ini agak sedikit sensitif memang.
Persinggahan ke lima
Dalam perjalanan pulang, kami mandapat kabar untuk singgah di Rogojampi seperti planning awal, jadilah kami pergi ke sana. Bu M berkata kepaaku bahwa yang akan kami kunjungi ini adalah mantan anggota dewan seperti bu Kip hanya yang akan kita datangi ini lebih senior di kursi dewan. Berhentilah kami di rumah megah (aku sih biasa karna kan emang seringnya rumah dewan gedhe beud). Tapi ternyata kita tak menuju rumah besar itu melainkan melalui gang kecil di sebelah rumah besar. Pemandangan pertama yang kulihat adalah rumah baca wow pikiranku langsung melayang bahwa orang yang kukunjungi ini pasti memiliki jiwa peduli yang besar kepada masyarakat. Kami disambut oleh beberapa ibu yang ramah, saat bertemu dengan pemilik rumah. Wow kubatin, rumah sederhana namun nyaman dan beliau juga hanya memakai baju rumahan biasa. Beliau ini adalah seorang dosen yang sudah purna dari kursi dewan, beliau juga membuka rumah baca yang menjadi jaringan Rumah Literasi Indonesia, juga ada sekolah PAUD kupanggil brliau Bu E. So amazing dibalik sosok sederhana ini, beliau membuka peluang kerja bagi ibu-ibu yang terdampak covid (ibu kantin sekolah, yang berjualan disekolah) dengan membuka lapangan usaha kue kering. Ada satu hal yang menarik dan membuatku merasa beruntung bersua dengan beliau. Beliau bertanya kepada teman perjalananku bagaimana kantornya (beliau ini orang penting disalah satu kementrian), dan teman seperjalananku menjawab ya begitu pimpinannya tidak memiliki gambaran dari apa yang dipegang karena ia disana hanya untuk persiapan pemilu 2024. Aku langsung jdeg dan sedih, karna harusnya pemegang tampu kuasa haruslah orang yang benar ingin membangun negeri ini bukan hanya bermain gak jelas untuk memajukan karir.
Bu E kemudian memberi nasihat krpada teman perjalananku bahwa temanku harus kuat disana, karna disana ia bisa berkontribusi besar untuk Indonesia, gak papa gak cocok sama pimpinan yang penting kerja harus untuk masyarakat. Kaki harus tetap menginjak tanah meski kepala dan tangan sudah di langit.
Perjalanan yang super bertemu orang-orang super membuatku optimis Indonesia kan baik-baik saja karna masih banyak orang-orang baik yang berjuang.
Semoga aku dan kamu kita semua bisa berkontribusi dalam kebaikan.
Masih berada di wilayah yang sama yakni Cluring, kami menemui seorang kepala desa perempuan namanya Bu Kip. Seru sekali ternyata visi mereka tuk kepedulian terhadap masyarakat, dulu beliau pernah menjawabat sebagai salah satu dewan di Banyuwangi. Beliau berkisah bahwa menjadi lurah lebih menyenangkan dibandingkan menjadi dewan karna disini ia benar bisa melihat masyarakat secara langsung, berinteraksi secara langsung untuk melihat kebutuhan masyarakat. Kalau saat sebagai anggota dewan jarak jauh dan iklimnya berbeda sebab di kursi dewan isinya bukan bagaimana menumbuhkan tapi bagaimana pendapatku diterima oleh karena itu sikut sikutan adalah hal lumrah.
Ia juga berkisah tentang slogan yang sering disebut pimpinana atas sebagai kerja nyata, Bu Kip berkata, pemimpin atas seringkali melakukan hal yang tak menyenangkan contohnya: mereka mengeluarkan berita terlebih dahulu kalau memberikan bantuan sebelum kerja dilakukan. Jadi saat berita sudah menyebar dimasyarakat namun barangnya belum ada yang diubek ubek tentuk kepala desa begitu kata bu Kip. Perbicangan Politisasi media dan realita lapangan, bahkan beliau berkisah tentang posisi yang lebih tinggi darinya saat ada sebuah persoalan orang ini sering kabur tp langgeng sekali di jabatannya. Percakapan kali ini agak sedikit sensitif memang.
Persinggahan ke lima
Dalam perjalanan pulang, kami mandapat kabar untuk singgah di Rogojampi seperti planning awal, jadilah kami pergi ke sana. Bu M berkata kepaaku bahwa yang akan kami kunjungi ini adalah mantan anggota dewan seperti bu Kip hanya yang akan kita datangi ini lebih senior di kursi dewan. Berhentilah kami di rumah megah (aku sih biasa karna kan emang seringnya rumah dewan gedhe beud). Tapi ternyata kita tak menuju rumah besar itu melainkan melalui gang kecil di sebelah rumah besar. Pemandangan pertama yang kulihat adalah rumah baca wow pikiranku langsung melayang bahwa orang yang kukunjungi ini pasti memiliki jiwa peduli yang besar kepada masyarakat. Kami disambut oleh beberapa ibu yang ramah, saat bertemu dengan pemilik rumah. Wow kubatin, rumah sederhana namun nyaman dan beliau juga hanya memakai baju rumahan biasa. Beliau ini adalah seorang dosen yang sudah purna dari kursi dewan, beliau juga membuka rumah baca yang menjadi jaringan Rumah Literasi Indonesia, juga ada sekolah PAUD kupanggil brliau Bu E. So amazing dibalik sosok sederhana ini, beliau membuka peluang kerja bagi ibu-ibu yang terdampak covid (ibu kantin sekolah, yang berjualan disekolah) dengan membuka lapangan usaha kue kering. Ada satu hal yang menarik dan membuatku merasa beruntung bersua dengan beliau. Beliau bertanya kepada teman perjalananku bagaimana kantornya (beliau ini orang penting disalah satu kementrian), dan teman seperjalananku menjawab ya begitu pimpinannya tidak memiliki gambaran dari apa yang dipegang karena ia disana hanya untuk persiapan pemilu 2024. Aku langsung jdeg dan sedih, karna harusnya pemegang tampu kuasa haruslah orang yang benar ingin membangun negeri ini bukan hanya bermain gak jelas untuk memajukan karir.
Bu E kemudian memberi nasihat krpada teman perjalananku bahwa temanku harus kuat disana, karna disana ia bisa berkontribusi besar untuk Indonesia, gak papa gak cocok sama pimpinan yang penting kerja harus untuk masyarakat. Kaki harus tetap menginjak tanah meski kepala dan tangan sudah di langit.
Perjalanan yang super bertemu orang-orang super membuatku optimis Indonesia kan baik-baik saja karna masih banyak orang-orang baik yang berjuang.
Semoga aku dan kamu kita semua bisa berkontribusi dalam kebaikan.
Comments
Post a Comment