Gaza dan Abu
Ada sesuatu
turun dari langit bukan air maupun taburan kelopak bunga, yang jatuh adalah
partikel debu dari bagian timur pulau jawa . jatuh perlahan seolah tak ingin diketahui gelagatnya,
mengendap endap menutupi dedaunan hingga kelabu, tak bersuara namun beraksi dan
tak ada kata langit dan sebuah bercak halus ditanganku. Abu turun pertanda ada
aktivitas disana, tapi kenapa tidak ada pemberitahuan adanya aktivitas? Kenap
tiba-tiba abu turun? apakah merapi sudah mulai muak sehingga ia langsung
memuntahkan isi perutnya begitu saja tanpa pemberitahuan?
Riuh mulai
terdengar bisik bisik desisan suara manusia mengunjingkan langit yang
menurunkan hal tak biasa dan terus menerus. Namun tak menghentikan langkah tiga
anak manusia untuk menuju medan perjuangan “Gaza”. Menembus hujan yang tak
basah dan cenderung kering, dan anehnya waktu harusnya menunjukkan kecerahan
langit karna ini sudah waktunya matahari mulai menunjukkkan wajahnya, tapi
entah mengapa langit hari ini begitu indah namun terkesan belum siap. Di kota
ini abu yang turun ternyata bukan dari perut merapi, ini berasal dari gunung
lain yang bergemuruh berjam-jam waktu ditempuh untuk bisa sampai kota ini. Lucu
rasanya saat mengira merapi bergemuruh tanpa suara, namun ternyata merapi tak
membuat ulah, ingin rasanya meminta maaf pada merapi karna sudah menuduhnya
dengan begitu keji.
Gaza tak
sesepi tempat lain disini sudah ada lascar-laskar penegak yang tak mampu
dihentikan oleh kusamnya abu kelud. Disini pengungkapan dan penyatuan program
yang akan kami lakukan beberapa jam lagi, dan disinilah dapat dilihat
pemandangan tarian alam dengan warna yang mungkin bagi orang lain menakutkan
namun dibalik itu semua tersimpan keindahan yang patut tuk dinikmati dalam
kegaduhan ini. Langit hitam tiba-tiba bersemu orange lalu merah seolah kami
sedang berada di padang pasir yang berlindung didalam goa tuk menghindari badai
pasir. Ya angin bertiup kencang diluar sana, dan kami terlindung disini tuk
menikmati tarian yang mereka suguhkan. Merah,
abu, kuning menutup hijau bersama hembusan suara alam.
Pemantapan
hari ini memang sedikit mengusik ketenangan karena alam sedang unjuk kebolehan
dan baru saja kami mendapat berita bahwa birokrasi mengeluarkan perintah untuk
meliburkan segala aktifits dalam kampus. Namun kami tak mungkin berhenti begitu
saja sebab semua persiapan sudah usai, ada juga terbersit pemikiran buruk jika
nanti tak ada yang datang ke acara kami. Tapi sudahlah semua kecemasanku tidak
terbukti sampai disini. Salut terhadap orang-orang ini mereka begitu luar biasa
menembus permainan alam tuk bisa sampai ditempat ini dan ternyata yang datang
bisa dibilang sangat membuatku bahagia
Comments
Post a Comment