Aurot nikmat atau bencana?



Catatan Kajian Abi Syatori Abdurra’uf
By: Layyina
Senin, 17 April 2017
@Masjid Nurul Ashri


Ayat ini pada intinya membicarakan tentang menjaga diri dari melihat dan memperlihatkan aurot
Meski secara dzahir ayat ini berbicara mengenai menjaga aurot, Allah juga menyampaikan tentang cinta dan rindu pada akhirat.
Maksudnya gimana tuh? Nyambungnya dari mana?
Jadi jika kita menjaga diri dari urusan aurot, maka hati dan jiwa kita akan dipenuhi cinta dan rindu akan akhirat.

Ingat: cinta dan rindu akan akhirat adalah kebutuhan asasi manusia
Sudah paham belum maksudnya?
Kalau ada manusia yang di dalam hati/jiwanya tidak ada cinta dan rindu pada akhirat maka hakikatnya kehidupan dunianya adalah dalam rangka “minggat” dan minggat itu kan bukan al yang patut dibanggakan to, bisa dibilang minggat itu adalah sesauatu yang tak enak. 

#analogi
Manusia hidup di dunia itu hanya sebentar aja, ibarat mampir ke warung buat minum kopi. Sepakat kan?
Nih ada seorang anak pergi dari rumah dan ga ada keinginann buat balik berarti disebut minggat kan? Sepakat? Sepakat. Pasti orang rumah nyariin kan karna ia gak pulang-pulang. Dan setelah orang rumah tahu dia dimana, pasti dijemput kan? Kira-kira saat orang rumah menjemput dia, ia akan menyambut dengan bahagia atau cemberut? Cemberut
Begitu pula hakikatnya kita hidup pasti bakalan di cariin sama malaikat maut kalau sudah waktunya pulang untuk segera dijemput, kalau orang yang tak cinta dan rindu sama akhirat alias lagi minggat, pasti ia tak akan menyambut dengan senyum jemputan malaikat maut. Ya kan? 

Lets back to the topic
Aurot itu ibarat “Mata Uang”
Kira-kira kalau dapat uang seneng gak? Seneng dong
Kok bisa aurot disamakan dengan mata uang?
Ya mereka sama, sama-sama memiliki nilai yang bisa digunakan untuk membeli.
Dan aurot adalah mata uang yang bernilai untuk membeli akhirat.
Mata uang dikatakan bernilai saat bisa digunakan untuk membeli sesuatu, ya kan?
Contoh:
Saat kita pergi ke Afrika, kita mau membeli sesuatu. Kalau kita membeli dengan rupiah, sebanyak apapun tetap saja gak bisa dipake kecuali di tukar terlebih dahulu. Maka rupiah disana tidak bernilai.
Kalaulah aurot diibaratkan sebagai mata uang maka ia bisa diunakan untuk membeli akhirat.

Emang bisa?
Mari kita lihat dulu arti kata membeli
Membeli adalah secara sadar menghilangkan sesuatu (uang) yang kita sukai untuk bisa mendapatkan hal yang lebih kita sukai. 

Contoh:
Kita memiliki uang 4 juta, uang 4 juta ini adalah hal yang menyenangkan bagi kita. Lalu kita membutuhkan HP yang harganya 4 juta. Saat kita membeli hp itu berarti kita secara sadar menghilangkan hal yang kita sukai yakni uang 4 juta untuk mendapatkan hal yang lebih ita sukai yakni HP.
Jadi cara membeli cinta dan rindu pada akhirat adalah dengan menghilangkan kesenangan terhadap urusan aurot, karna urusan aurot ini adalah urusan dunia.
Lalu bagaimana dengan hadist yang mengatakan saat melihat aurot pertama kai adalah rahmat?
Iya rahmat karena saat iu berarti kita mendapatkan mata uang yakni kesenangan melihat aurot, tapi kita akan bisa membei akhirat dengan cara menukaran kesenangan itu dengan yang lebih baik yakni menundukkan pandangan karena lebih mencintai akhirat. Jadi ia sedang membeli akhirat dengan dunia tuh. Maka ia akan mendapatkan kenikmatan akhirat. 

“Sesiapa yang sengaja “menghilangkan” kesenangannya terhadap urusan aurot, maka Allah akan karuniakan untuknya segala kelezatan dan kenikamatan akhirat.”

Allah tak hanya memberikan kenikmatan akhirat pada saat sudah di akhirat saja, melainkan juga memberikannya untuk kita cicipi di dunia yakni kenikmatan dalam melakukan ibadah

“Barang siapa melihat kecantikan seorang waita, kemudian ia tundukkan pandangannya karna takut kepada-Ku, kecuali aku akan memberikan kepaanya manisnya ibadah di dalam hatinya”
Hadist Qudsi diriwayatkan Imam Muslim 

Pertanyaannya sudahkan kita membeli akhirat dengan dunia?
Kalau belum, berarti kau sedang membeli dunia dengan akhirat.
Look QS. Al Baqarah :85
Seseorng yang iman sebagian dan kafir sebagian terhadap firman Allah maka ia termasuk ke dalam kehinaan. 

Nah kita masuk yang mana tuh?
Kalau orang masih senang terhadap urusan aurot berarti ia sedang membeli dunia dengan akhirat.
#Analogi
Fulan akan pergi ke Saudi selama 10 hari, sebelum berangkat ia diberitahu untuk membeli konektor terlebih dahuu sebab colokan disana berbeda dengan di Indonesia. Tapi ia bilang biar beli disana aja lah kan bawa uang.
Setelah sampai disana, ia berkeliling nyari konektor buat ngecharge hp soalnya colokannya beda, tap ternyata setelah keliling gak ada yang jual, udah pada habis. Maka uang yang ia bawa tak berfungsi sebanyak apapun itu.
Suatu saat nanti kita akan pulang ke akhirat, berarti kita harus membawa bekal akhirat kan? Kapan kita bisa ngumpulin bekalnya? Ya saat masih di dunia. Caranya? Dengan menukarkan dunia untuk membeli akhirat. 

Hal itu dapat kita lakukan jika hati kita salim.
Berikut ini ada tiga ciri orang uang belum mau membeli akhirat (emoga kita tidak termasuk di dalamnya) yakni:
1.    Menganggap berat terhadap amal yang disukai Allah
Cara mngetahuinya, coba jawab pertanyaan dibawah ini:
Memaafkan itu disukai Allah tak? Ya
Apakah memaafkan berat?
2.    Belum merasa bahagia dengan amal baik yang punya kedudukan tinggi disisi Allah
Cara mngetahuinya, coba jawab pertanyaan dibawah ini:
Sedekah apa yang paling tinggi kedudukannya disisi Allah? Menyedekahkan apa yang paling disukai
Bahagiakah kita melepaskan apa yang kita sukai?
3.    Menganggap wajar ketika masih ingin bersenang-senang dengan kesenangan dunia
Apasih yang dimaksud dengan kesenangan dunia? Yakni segala sesuatu yang meneynangkan di duna, tapi tak memiliki nilai untuk membeli akhirat .

Manusiawikah saat kita masih ingin bersenang-senang dengan kesenangan dunia???
Renungkan jawabannya, jawab dalam hati.
Let me tell you a story
Kita memiliki seorang teman sebut saja A, ia divonis dokter hidupnya tinggal sebulan lagi. Kita menjaganya. Apa yang kita lakukan?
Tentu kita akan membantu ia untuk lebih dekat kepada Allah bukan?
Kita pun akan senantiasa larut dalam dzikir dan do’a yang dipanatkan sepenuh hati.
Lalu suatu hari ada yang datang menjenguk. Si Fulan ini menyemangati Si A dengan mengatakan ayo segera sembuh, nanti kalau kamu sembuh bulan depan aku ajak nonton konser. Seru banget loh.
Kita tentu akan mengajak fuan keluar dan emberikan nformasi tentang vonis dokter bukan bahwa hidup Si A tiggal sebulan lagi.
Lalu si Fulan kembali ke ruangan dan berkata, maaf ya aku gak tahu e kalau hidupmu tinggal sebulan, tapi gak apa-apa masih ada waktu kok kamu bisa nonton konser di TV tak setelin ya.
Menurutmu apakah si Fulan manusiawi?
T I D A K

Pertanyaan:
Apakah kia semua telah di vonis mati?
Kita semua telah divonis mati, bukan hanya dokter loh tapi Allah yang tetu vnisnya adalah sebuah kepastian.
Jadi masih mau bersenang-senang dengan kesenangan dunia? Masih mau berurusan dengan senang akan urusan aurot? Na’udzubillahi min dzalik
Semoga kita senantiasa terlindung dari kesenangan akan urusan duniawi. Semoga Allah menetapkan dan menghujamkan iman dan islam dengan kokoh dalam hati kita, serta memberikan kita rasa cinta dan rindu akan akhirat. Hingga nanti jika malaikat maut menjemut kita bisa menyambutnya dengan senyum dan penuh kerinduan.



Comments

Populer Post

Sinopsis novel Akatsuki

Proses Osmosis pada Kentang

Bunga dan Kumbang