Kartini part 1




Hari ini tadi aku habis nonton film Kartini
Terimakasih ya kepada teman yang sudah memberikan tiket gratis dan terimakash juga kepada yang nemenin nonton.
Pemutaran filmnya jam 16.50 tapi telat datang dan baru masuk jam 17.06.

Ceritanya udah nyampek saat Kartini galau karena ia memasuk masa pingitan, ia merasa jiwa raganya dipasung dikungkung di penjarakan. Kakaknya Kartono, yang melihat adiknya murung kemudian mendatanginya dan berkata ,”apa kamu mau keluar dari pingitan? Kalu mau kamu ke akmarkubuka pintu di sana, ingat Ni jangan penjarakan pikiranmu. Raga bolehlah terpasung tapi jangan sampai pikiranmu juga kau penjara.” Sambil menyerahkan sebuah kunci ketangan Kartini.
Kartono ceritanya ia mau pergi ke negeri Belanda saat itu, setelah kepergian Kartono, kemudian Kartini memasuki kamar kakkanya itu dan mebuka sebuah pintu ternyata jalan keluar yang dimaksudkan Kartono adalah lemari berisikan buku. Ya benar juga asih karena dengan membaca maka pikiran kita aan bisa menembuas ruang dan waktu.
Kartini kemudian meraih sebuah buku berbahasa Belanda (kayaknya semua bukunya pakek bahasa Belanda deh) yag ternyata isinya adalah sebuah crita dimana  tokohnya merupakan seorang wanita kayak pengacara gitu. Kartini begitu kagum dengan kecerdasan si tokoh dan ia pun menyimpulkan itu pasti karena si tokoh mendapatkan pendidikan yang tinggi. Kartini semakin tercengang saat tahu ternyata si tokoh buan hanya seorang wanita cerdas melainkan juga seorang istri dan ibu, jadi tokoh adalah wanita yang menikah namun tetap cerdas berwawasan.
Dari buku-buku yang ditinggal Kartono, Kartini membaca, ia mejadi tak terlalu bosan dengan pingitannya akrena ia ditemani banyak buku yang bisa ia baca.
Kartini pun sering mengirim surat kepada Kartono yang ada di negeri Belanda, dalam salah satu srat Kartono untuk Kartini a menyampaikan ,”Apa yang kamu miliki saat ini tak ada apa-apanya jika tak kau bagi kepada orang lain, ingat perubahan itu tak bisa dilakukan seorang diri.”
Dari surat Kartono inilah Kartini mulai mempengaruhi kedua saudarinya (Rukmini dan Kardinah) untuk menjadi diri mereka sendiri di dalam ruangan mereka. Mereka boleh berekspresi, mereka boleh tertawa sampai terlihat giginya, dan kemudan Kartini mengajak saudari-saudarinya untuk membaca buku. Ketiga saudari ini begitu kompak dan mereka mengembangkan potensi mereka masing-masing dimana Kardinah memiliki potensi untuk membuat pola ukiran yang out of the box, Rukmini yang pandai membatik dengan pola-pola yang indah dan Kartini yang lihai dengan kata-kata menari dalam goresan tintanya.
Suatu hari ada tamu berkunjung yakni tuan Ovink-Soer beserta istri, dan sallah satu guru Kartini beserta istrinya pula. saat itu Kartini menyelinap untuk bergabung bersma mereka dengan membawa kudapan dan minuman, disini terdapat percakapan yang menunjukkan bahwa Kartini adalah seorang murid yang cerdas hingga salah satu Nyonya Belanda (aku lupa namanya, nanti akan aku sebut nyonya aja ya) mengudangnya untuk berkunjung.
Sebenarnya Kartini dan kedua saudarinya berada dalam masa pingitan yang seharusnya tak boleh keluar-keluar kediaman, namun ayah mereka Raden Mas Adipati Sosrodiningrat mengajak putri-putrinya untuk berkunjung bersama.
Dari kunjungan ini, Kartini menunjukkan mintanya menulis kepada Nyonya dan memintanya untuk mebimbing Kartini daam menulis, selain itu Rukmini juga menunjukkan karyanya yakni batik buatannya, dan tentu tak ketinggalan Kardinah menunjukkah desain pola ukirannya. Karena kekompakan tiga saudari ini membuat Nyonya menyebut mereka sebagai “Daun Semanggi”.
Dari latihan dan bimbingan Nyonya, Kartini menghasilkan sebuah karya yang akhirnya diterbitkan atas nama ayahnya bupati Jepara dan terbuat. Gairah menulis Kartini semakin bergelora. Namun dalam perjalannanya ada hambatan dmana kakaknya Slamet berfikir bahwa apa yang dilakukan Kartini dalam menulis telah melampaui batas seharusnya hingga ia meminta ijin kepada ayah mereka untuk ikut membantu menjaga adik-adiknya. Alhasil ketiga saudari ini tak bisa bebas keluar rumah, bahkan karya Kartini dibakar oleh kakaknya.
Kartini dan kedua saudarinya kemudian berusaha memberitahukan kepada Nyonya dengan cara meminta raden kecil (gak tahu anak siapa, kalau difilm disebut raden) mengantar makanan dan menyelipkan surat dibalik bajunya serta memeritahkan untuk diberikan kepada nyonya. Tapi ternyata gagal karena dicegat oleh Atmo suruhan Raden Slamet namun tetap diantar kok makanannya hanya saja Raden kecil dibawa menghadap Raden Slamet dan ditemukanlah surat yang diselipkan Kartini.

Disini ditunjuukkan kecerdikan Kartini karena ternyat surat yang diselipkan dibaik baju raden kecil itu hanyala kertas kosong saja sedangkan surat aslinya berada di dalma makanna yang dibungkus daun. Kurang berisikan permintaan tolong Kartini kepada Nyonya untuk membantu sebab kakanya menghalangi ia untuk menulis dan mengirimkannya ke Nyonya.
Dan diundanglah Raden Mas Adipati Sosrodiningrat dan putra-putrinya ke Semarang oelh Nyonya. Disana kartini dan kedua saudarinya diperkenalkan kepada hadirin yang datang sebagai tiga putri cerdas dari Jepara.
Disebuah scene ditunjukkan percakapan politis antara seorang Belanda dan ayah Kartini membahas mengenai karya daun semanggi yang akan ia bawa ke Belanda untuk dipamerkan.
Dan dimulailah pengerjaan ukiran dengan pola yang telah dibuat oleh Kardinah sedangkan Kartni pun juga makin pesat dan banyak karya terbit. Usaha kerajinan ukir pun makin berkembang di Jepara dan banyak pesanan. Dari sinilah akhirnya kiran khas Jepara menjadi masyhur dengan pola unik karya Kardinah.

Suatu sore Kardinah dan Rukmini sedang berbincang mengenai wacana mereka yang tak ingin menikah, karena mereka sudah membuktikan bahwa tanpa menikah sekalipun mereka tetap bisa membantu orang lain. Lalu datang Kartini menunjukkan surat Korespondensi kepada mereka (surat untuk mengajak pertemanan kayak shabat pena gitu) yang akan ia kirimkan ke Belanda sebagai langkah untuk menjalin pertemanan yang lebih luas. Gayung bersambut Kartini pun mendapatkan surat dari Stella dan mereka pun saling berkirim surat mengenai banyak hal. 

Comments

Populer Post

Sinopsis novel Akatsuki

Proses Osmosis pada Kentang

Bunga dan Kumbang