Siapakah aku?

Manusia Bumi Bermimpi diantara Awan


Perjalanan manusia di dunia ibarat mengunjungi sebuah kota, singgah sejenak disana lalu segera pulang ke rumah. Setiap pagi hari, burung akan terbang meninggalkan sarangnya dan di sore hari ia akan pulang. Hakikatnya, manusia pergi pasti kembali. Tinggal ia memilih perjalanannya ke arah mana yang ia tuju, mengendarai apa, dan dengan siapa.

Tapi perjalanan berbeda dengan kehidupan, jika dalam perjalanan aku bisa menentukan kota yang kutuju, lalu memilih kendaraan yang ingin ku gunakan dan kapan aku akan berangkat serta kapan aku kembali. Berbeda dengan kehidupan, kita tak bisa menentukan kapan kita kan kembali dari hidup itu sendiri sebab waktu kmbali (red:kematian) adalah sebuah misteri. Lagi-lagi hidup ataupun mati adalah pertemuan dengan waktu.

Jadi ingat nasihat seorang guru yang sering diulang ulang yakni “Haritsun ala waktihii” artinya “Menjaga Waktu”. Bahkan Imam Syafi’i mengatakan jikalau setiap manusia merenungkan surah Al Asr, itu sudah cukup untuk hidup mereka, look Tafsir Ibnu Katsir 8/499.

Seseorang pernah berkata kepadaku bahwa hidup itu haruslah memiliki tujuan dan capaian yang ingin dicapai. Saat kecil banyak sekali orang yang berlomba-lomba untuk bertanya, “Apa cita-citamu?”

Dan dengan manap ku katakan i wanna be a teacher”.

10 atau 15 tahun lalu tak ada yang bermasalah atau membicarakan soal cita-cita ini sebagai perkara yang serius, namun saat ini layaknya sebuah refleksi perjalanan aku terdampar di sebuah pulau dengan pertanyaan, “kedepan kau ingin jadi apa? What do you want to do?”

Aku adalah manusia kini hasil pergulatan kejadian masa lalu dengan impian masa depan, dan ku katakan di masa depan aku akan menjadi guru.

Persoalannya adalah bagaimana akan menuju impian masa depan itu? Apakah jalan yang ditempuh saat ini adalah jalan menuju impian itu?

Manusia-manusia langit berfikir menggunakan logika langit tapi sebenarnya kakinya berada di bumi. Sayang ia hanya menginjakkan kaki tapi tak menyadari sepenuhnya dimana kakina berpijak, sebab ia masih berfikir berada di antara awan-awan hangat namun di kala senja datang engganti kehangatan dengan gelap juga dingin ia merasa terjun bebas menghantam bebatuan. Mungkin itu yang terjadi padaku saat merefleksi ke belakang atas apa saja yang telah ku lakukan.

Memiliki sebuah impian akan pencapaian masa depan, dan aku rasa setiap manusa pasti memiliki impian masa depan tentang capaian apa yang ingin ia miliki. Entah itu pada bab karier, kemampuan diri, maupun keadaaan diri di masa yang akan datang.

Jika kita berdiam sejenak lalu menarik rumus-rumusan kehidupan akan masa depan, masa lalu, dan masa kini, saat ingn sukses maka kita harus memanfaatkan waktu dengan bak. Sekali lagi kembali pada pertemuan dengan waktu, apakah akan dilalui dengan pengembangan atau keterpurukan.

Seekor burung ingin menuju bukit seberang, maka ia harus menentukan jalan mana yang akan dia pilih dan cara apa yang ia pilih untuk menuju bukit seberang. seekor burung tentu akan memilih terbang untuk menuju bukit seberang bukan? Iya tentu saja ia akan terbang sebab ia sadar bahwa ia adalah burung yang memiliki kekuatan untuk terbang, dan ia akan mengepakkan sayapnya untuk terbang karena ia sadar bahwa di bagian tubuhnya hanya sayaplah yang memiliki potensi untuk menerbangkan diri.

Pernah lihat film Tarzan kan? Atau film Mama?

Nah dikedua film itu bercerita mengenai manusia yang dibesarkan bukan oleh manusia melainkan oleh makhluk lain, kalau tarzan dibesarkan oleh Gorila ia berjalan dan berperilaku seperti Gorila bahkan bahasanya pun menggunakan bahasa mereka. Sedangkan pada film Mama diceritakan mengenai dua orang kakak beradik yang di asuh hantu, sehingga mereka bersikap liar.

Poinnya adalah mereka berperilaku seperti itu karena mereka belum menyadari bhwa mereka adalah makhluk bernama manusia. Sebenarnya kalau kita mungkin tak seekstrim itu sampai-sampai tidak mengetahui bahwa diri ini adalah manusia. Paling-paling kalau kasus kita adalah kita merasa bingung saat harus mengngkapkan atau menceritakan tentang konsep diri kita.

Kenapa sih kita harus mengenal tentang diri kita?

Penting untuk mengenali diri kita agar kita lebih mudah dalam mengembangkan diri dan juga menyusun strategi mencapai jalan impian kita, intinya si dengan mengenal diri kita berarti kita mngenla potensi kita.
Kalau kata pak Anis mata setidaknya ada 3 konsep yang beliau tawarkan yakni:
1.    Aku – Diri
Aku mengenali diriku, aku ya orangnya begini, begini, dan begini.
2.    Aku – Sosial
Orang lain mengenalku sebagai orang yang begitu, begitu, dan begitu.
3.    Aku – Ideal
Setelah aku mengenali diriku dan aku tahu orang lain mengenalku seperti apa, selanjutnya aku tahu harusnya aku menjadi orang yang begini, begini, dan begini. Maka jadilah aku yang seperti itu.

So the point is we must know who we are. 

Yang kekal dari manusia adalah apa yang dituliskan darinya atau dari pemberitaan tentangnya, entah karya ataupun sosoknya sendiri. Bahkan tulisan itu bisa mengingatkan si empunya tulisan itu sendiri, itulah mengapa kita diimbau menuliskan 100 impian kita dan menempelkannya ke tembok kamar. Menulis itu bisa jadi koleksi sendiri sebagai reminder.

Untuk itu dalam tulisan kali ini, aku ingin melakukan analisis SWOT guna mengenali diri.

Umi Layyina berasal dari bahasa arab. Umi berarti ibu dan layyina berarti lemah lembut. Kan nama adalah sebuah do’a maka ya di aamiin i saja semoga lekas terwujud. Nama ini memiliki sejarah panjang sebab sebenarnya bukan ibu bapak yang memberikan melainkan seorang Kyai, yakni Kyai Dopir. Nama ini diberikan karena sejak kecil aku sudah terlihat memiliki watak yang keras dan keras kepala. Waduh gimana tuh.

Kalau dari hasil Tes Kepribadian, aku adalah tipe kepribadian ENTP yakni Extraverted, Intuitive, Thinking, and Perceiving). Kalau dari tipe quart maka aku termasuk tipe Sangunis Melankolis.

Melakukan analisis SWOT terhadap pribadi manusia sebenarnya baru kali pertama ini aku lakukan, aku melakukan analisis SWOT berdasarkan pemahamanku terhadap diriku dan juga mencari tahu dari orang lain tentang diriku. Dan inilah hasil compile dari mengenal Aku-diri dan Aku-sosial.

Analisis SWOT terhadap Umi Layyina
 
Kurang lebih analisis di atas adalah analisis mengenai kepribadian. Selanjutnya selain kita menganalisis mengenai pribadi kita, kita juga perlu menganalisis skill kita dimana kekuatan an kelemahan kita. Dilihat dari impian yang diungkapkan, bagian mana aja nih yang sudah dimiliki dan yang belum dimiliki. Lebih ke arah skill apa saja yang sudah kamu miliki.


Seorang Umi Layyina memiliki impian karier masa depan untuk menjadi Guru 


Setelah melakukan analisis SWOT lalu apa yang akan di lakukan?

Setelah melakukan analisis SWOT dan mengenali diri sendiri selajutnya membuat rencana strategi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dengan menggunakan oportunity yang ada dan mereduksi weakness dan juga ancaman.

Sebenarnya dari analisis SWOT di atas potensi yang dimiliki jika dioptimalkan akan bisa menanggulangi kelemahan yang ada.

Kunci untuk saat ini adalah menghadapi hal yang tak disukai dengan berani serta menikmati proses yang ada.

Let’s solve the problems and make the strategy to get your potention up. Jadi tinggal aksi eksekusi hasil analisis. Nah aku menjadi manusia yang diharapkan yakni paska analisis dan aksi itulah disebut Aku-Ideal. But you must remember that the standart of ideal is from Allah.

Sudah cukupkah hidup dengan mengenali diri saja?

Tentu belum, ingat salah satu karakteristik islam adalah tawazun yakni seimbang, untuk bisa menjadi seimbang maka kita harus tahu dulu nih idealnya manusia itu seperti apa. Dalam bukunya yang berjudul “Model Manusia Abad 21”, Anis Matta mengatakan setidaknya ada 3 tahapan yang harus dilalui oleh manusia untuk menjadi manusia ideal di abad 21, yakni:

1.    Afiliasi
Pada tahap ini aku tahu alasan kenapa aku memilih islam sebagai agama dan jalan hidup. Sehingga aku menjadi manusia yang akan mencari tahu terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, “al ‘ilmu qabla amal”. Disini berarti masa aku sebagai manusia komitmen terhadap aqidah, syari’ah, serta tertampilkan dalam akhlaq.
Tapi kalau saat ini, masih terus menjadi PR sebab manusia harus terus belajar dan terus mmperbaiki diri kan.

2.    Partisipasi
Setelah menajadi pribadi yang kuat al fahmu nya, selanjutnya adalah fase sense in group, jadi mulai terlibat dengan muslim yang lain dalam bingkai ukhuwah. Menjadi manusai yang peka akan sekeliling, mengajak orang lain untuk baik bersama jadi gak sholihah sendiri.

3.    Konstribusi
Aku telah menjadi manusia yang memiliki spesialisasi kepakaran untuk berkonstribusi dalam hidup ini.

Nah sudah kan mengetahui tentang diri sendiri, juga sudah mengetahui tentang harusnya tahapan yang dilalui itu sepeprti apa dan sudah tahu juga capaian pada tiap  tahapnya. Tinggal dijalankan nih.

Tahapan selanjutnya adalah menggoreskan mimpi dan cara mencapainya dengan membreak down hasil analisis serta manusia ideal harusnya gimana dan dibuat deh adaptasinya dalam rancanan hidup, hmmm bisa dibilang kita buat lifetime chart kalau kata seorang kakak si buatnya 40 tahun ke depan. Dengan tiga capaian utama yakni pendidikan, karier, dan finansial.

And this is my lifetime chart untuk 40 tahun ke depan. Silahkan menyimak, dan boleh loh di aamiin i. 

Comments

Populer Post

Sinopsis novel Akatsuki

Proses Osmosis pada Kentang

Bunga dan Kumbang