Terbukalah pada ibumu dan kau kan lihat cintanya padamu
Dapat pertanyaan dari Jasmine Elektrik,"Bagaimana kamu menceritakan sosok ibu kamu?"
Butuh waktu untuk berdiam diri dan berfikir tentang hal ini, sosok seperti apakah ibuku.
Sosok ibuku bisa jadi sama seperti ibumu bisa juga tidak, tapi percayalah semua ibu memiliki persamaan yakni menyayangi anak-anaknya, menginginkan yang terbaik untuk kehidupannya dengan cara beliau masing-masing.
Dalam kenangan masa kecilku, ibu adalah sosok yang suka marah-marah dan keras. Keras dalam artian suara juga tidak sabar akan banyak hal karena ibuku adalah wanita yang dibentuk dengan keras selama hidupnya.
Kalau bertanya tentang sosok ibu kepadaku, maka sama saja sedang bertanya tentang diriku sendiri karena sepanjang hidupku kami sama-sama belajar untuk saling mengenal.
Aku ingin bercerita sebuah kejadian
Suatu hari saat aku baru berada di Kota Yogyakarta untuk melakukan studi, aku berkenalan dengan banyak orang baru. Di kos tempatku tinggal kami suka berkumpul dan mengobrol untuk saling berkenalan, sampai mayoritas kakak-kakak mereka menghubungi ibundanya sehari minimal satu kali, bahkan dalam setiap apa yang dikerjakan kadang mereka refleks menyebut ‘kata ummiku’ dan terlihat begitu dekat dengan ibunya. Bahkan hal yang membuatku kaget adalah saat mereka bertanya ibunya sedang apa, sudah makan atau belum, pertanyaan pertanyaan yang baisa diajukan kepada kekasih atau orang yang lagi pdkt gitu.
Hal ini aneh bagiku, karena keluargaku tidak seperti itu. Bahkan akan aneh jika tiba-tiba aku menghubungi rumah hanya untuk bertanya kabar.
Begitulah kiranya hubunganku dengan ibu, kami seolah membentuk sekat tinggi, sampai pada suatu waktu seorang temanku dikunjungi ibunya. Ibunya sangat lembut dan tidak menyembunyikan kasih sayangnya.
Dalam ingatan masa kanak-kanakku tak pernah sekalipun ibu menyebut kata sayang, tak pernah pula ibu membelai kepalaku, yang ku dengar adalah perintah, teriakan, dan juga gebrakan. Namun saat ini aku menyadari, apa yang ibuku lakukan dahulu bukan karena beliau tidak menyayangiku, hanya saja beliau menerapkan apa yang ia terima selama ini dan juga ibuku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan banyak hal kepadaku.
Karena aku pernah tidak sengaja mendengar, kekhawatiran ibuku saat aku banyak kegiatan yang membuatku pulang malam. Perlu kamu tahu ibuku bukan orang yang bisa mengekspresikan rasa sayangnya, bahkan ibuku terkesan tak ingin dekat denganku, hingga akupun bersikap demikian juga.
Sampai pada suatu waktu aku tertampar berita, seorang sahabat kehilangan ibundanya dan dia berkata kepadaku,”Selagi masih ada jangan disia-siakan, karena pintu surgamu masih bisa terbuka.”
Seperti apapun ibu kita dalam ingatan kenangan kita, pasti kita akan bersedih dan menangis jika beliau pergi, sayangnya kadang ego kita yang lebih kita junjung daripada sebuah kedamaian hati.
Inilah yang terjadi kepadaku dan kukatakan kini bahwa ibuku adalah sosok wanita kuat yang mau belajar dan tak malu berubah menjadi lebih baik. Mengapa begitu?
Sering kali kita merasa kok ibu kita begini sih, begitu sih dan kita lupa akan bagaimana diri kita bersikap, bukankah segalanya itu dalam komunikasi adalah timbal balik dua arah? Pernah gak sih kita mikir wajar kalau ibu marah saat kita diperintah tapi tak mau bersegera, karena sebenarnya bunda kita sudah lelah dengan banyak urusan dan kita memantik amarahnya dengan sikap kita. Tapi lagi-lagi kita sengaja untuk tidak peduli kepada wanita yang sudah melahirkan bahkan rela menyusui serta merawat kita.
Buktinya kita sering mendadak melupakan kebaikan beliau dan bersikap egois serta durhaka hanya karena kekurangan kecil yang beliau miliki. Hingga kita seolah meniadakan konstribusia yang beliau lakukan untuk hidup kita selama ini, bukankah kita yang salah disini. Jangan-jangan saat kita merasa terluka dan kecewa kita menganggap hanya kita yang meraasa itu padahal big no, ibulah yang lebih merasa terluka dan kecewa saat anaknya merasakan itu.
Ibu bersikap keras bukan berarti beliau tak menyayangi kita, hanya saja begitulah kepribadian beliau. Begitulah ibuku dan bisa jadi begitu pula ibumu.
Pasti diantara kamu yang membaca tulisan ini menyetujui jika ku takatan kita tidak dekat dengan ibu dan cenderung menjaga jarak. Jika memang ia, aku ingin bertanya,”Apa kau ingin seperti anak-anak lain yang dekat dengan ibunya? Apa kau ingin ibumu berlembut-lembut kepadamu dan tidak marah-marah?”
Jika memang ia, maka cobalah apa yang sudah ku coba yakni membuka kunci yang ada di pintu. Sebuah pintu yang tertutup dan terkunci akan tetap tertutup dan terkunci jika tidak ada yang memulai membukanya terebih dahulu. Bukankah begitu?
Inilah langkah yang berat di awal dan membahagiakan setelahnya, bahkan mungkin kau akan tertawa dan menangis secara bersamaan sebab engkau merasa begitu banyak bersalah karena sudah terlalu banyak berfikir negatif dan menjugje ibumu dan tak terhitung list panjang tentang dosa kita kepada beliau.
Tidak penting siapa yang mau membuka kunci terlebih dahulu pada intinya semua kebaikan diperuntukkan untuk semua. ibu mencoba membuka pintu sedari dulu kitanya saja yang masih menutup karena kita yang tidak peka. maka kini, ketika kamu sebagai anak menyadari, maka bukalah dulu pintu itu karena saat kau membuka pintu ibumu kan juga belajar atau malah sedang menantimu di balik pintu itu.
Ibuku adalah wanita kokoh yang mau belajar, keras namun sebenarnya sangat lembut.
Hari dimana aku mencoba membuka diri kepada ibuku, hari itu aku melihat kelembutan padanya dan beliau pun menyampaikan banyak hal kepadaku seolah kami teman lama yang sudah lama tak bersua. Ibu bukanlah pembaca pikiran yang tahu mengenai apa yang kita ingini jika kita tak mengungkapkan. Maka mulailah membuka diri.
Jika bisa memaklumi dan menyayangi orang luar dengan tulus, mengapa tidak kita lakukan kepada ibu? Dan sebuah impian itu hanya akan jadi khayal belaka jika tidak ada upaya mewujudkannya. Maka dari itu melangkahlah, satu langkahmu maju itu akan mengubah segalanya.
Sebelum kamu mencintai orang luar, cintailah dirimu dan orang terdekatmu lebih dulu yakni ibumu. Karena kau tak akan menemukan cinta setulus cinta ibumu.
Karena kasih ibu tak terbantahkan waktu.
Karena tidak ada hari ibu tanpa memikirkan diri kita
Ketika bercerita tentang sosok ibu, maka yang ku ingat adalah nasihatnya. Nasihat yang seringkali ibuku ucapkan adalah "Gak usah jalan kalau gak penting." Nasihat ini yang sudah mendarah daging dalam diriku, sebab itu bentuk khawatirnya ibuku saat aku berada di luar dan dari nasiht itu aku ingat bahwa ada yang menyayangiku meski diucapkan dengan redaksi yang terkesan cuek dan amat singkat but im very happy setelah tahu maknanya.
Belakangan ibu, suka banget bilang,"Udah mbak gak usah terlalu berat berfikir, dijalani aja dengan ikhlah, udah lakukan semuanya sesuai apa yang Allah suka." hehehhe udah lebih panjang ternyata obrolan kita saat ini dibanding dulu dan aku suka.
Semua nasihat yang ibu sampaikan kepadaku adalah untuk kebaikanku bahkan hidupku ini sebagian besar berasal darinya, secara langsung ataupun tidak langsung dia ingin yang terbaik untukku.
Coba deh kamu dengerin singgle nya Jasmine Elektrik 'Ibu'. disitu kamu akan mengerti apa maksudku dengan kebaikan ibu yang sering kali kita tiadakan dalam ingatan kita.
www.jasmine-elektrik.com
#JasmineElektrikCeritaIbu
Comments
Post a Comment