The Story Begin #1
Aku
akan menceritakan sebuah kisah
Malam
ini hampir seperti malam-malam sebelumnya aku sulit memejamkan mata
Akhirnya
kuputuskan tuk melihat bebberpa tulisan, memaba novel hingga ku putar sebuah
film berjudul “unforgettable”
Film
ini mengingatkanku pada seorang teman
Ijinkan
aku berbagi kepadamu mengenai kisah serang teman
Aku
bertemu dengannya saat aku berusia sekitar 13 tahun dan dia 14 tahun, namun
kapan tepatnya aku tak tahu pasti. Ia adalah salah satu kakak tingkatku yang
bisa dibilang cukup populer di SMP ku yang notabenenya orang bilang sekolah
buangan. Arena memang jika kau pintar tentu kau akan sekolah di kota, namun ibu
tak mengijinkanku pergi menempuh pendidikan di kota karena jauh.
Ia
kakak tingkat yang cukup banyak pengagum, tak kaget sih karena ia adalah siswa
yang pintar ibaratnya ia adalah keajaiban.
Aku
memasuki SMP ijni dengan membawa amarah karena banyak hal yang tak bisa
kutolerir. Anak-anaknya nakal-nakal, mereka suka sekali berantem hanya karena
masalah yang kecil bahkan mereka merokok disekolah juga suka bolos dan tentu
kau kan jarang menemukan anak berpakaian rapi disini.
Ingatan
pertamaku mengenai temanku ini adalah saat aku baru menyelesaikan Masa
Orientasi Sekolah tiba-tiba seorang guru mengajakku keluar kelas dan langsung
to the point memintaku mewakili sekolah untuk olimpiade sains nasional mewakili
sekolah dalam cabang ilmu astronomi. Rasanya terkejut, karena biasanya aku
berada dalam cabang IPA dan berita ini terlalu mendadak. Temanku ini (kita akan
mulai menyebutnya Qamar) tentu tak aneh jika ia juga menjadi salah satu duta
sekolah mengingat ia adalah sisawa terpandai di sekolah.
Aku
hanya mengenalnya sepintas waktu itu karena kami jarang sekali biccara dan
menurutku dia sombong. Jadi aku pun tak berniat menjalin pertemanan dengannya.
aku
sangat menyukai buku ceritas ejak SD, dan ternyata itu berlanjut hingga
memasuki SMP dan tentu semakin menjadi dikarenakan isi dari perpustakanaan
sekolahku mayoritas adalah novel. Alhasil aku menghabiskan waktuku kalau tidak
berada di ruang UKS ya di perpustakaan. Tapi aku lebih banyak menghabiskan
waktu diperpustakaan, bahkan aku bisa meminjam buku apa pun diperpustakaan,
yang terbaru belum tersampul sekalipun.
Suatu
hari saat itu aku masih kelas satu, kak Qamar mengunjungi perpustakaan dan itu
adalah salah satu keajaiban karena sebenarnya manusia satu ini sangat jarang
mengunjungi perpustakaan kalau tidak terpaksa.
Singkatnya
kami mulai dekat dan kami suka memainkan permainan scrabble.
Oh
ya kak Qamar juga dekat dengan seorang sahabatku dan bisa dibilang ada hubungan
khusus diantara mereka.
Waktu
terus berjalan, kak Qamar adalah rival yang cukup tangguh mengingat di
sekolahku sepertinya aku tak perlu susah payah seperti waktu di sekolah dasar.
Namun setidaknya jiwa kompetitifku masih teerus diasah karena adanya manusia
ini. kami suka mendiskusikan banyak hal yang sepertinya hanya dengan dia aku
bisa berdiskusi mengingat teman-temanku tak pernah tertarik dengtan bahasanku
karena mereka anggap terlalu memusingkan diri.
Lambat
laun kami mengikrarkan diri menjadi saudara, ia sebagai kakak dan aku sebagai
adik. Kami sangat dekat bahkan sepertinya aku mulai tertarik ke dalam dunianya
dan mulai sedikit-demi sedikit tak pernah bercerita lagi kepada para sahabatku.
Hubungannya
dengan sahabatku pun juga semakin banyak kemajuan meski diselingi
pertengkaran-pertengkaran antara remaja yang kasmaran. Aku mencoba untuk
menjadi penengah disetiap pertengkaran mereka karena bagamanapun aku tak bisa
memilih salah satu diantara mereka sebab sebelah adalah sahabatku dan satu sisi
adalah kakakku..
Semakin
lama aku mengenal kak Qamar semakin aku mengetahui luka dan gelap hidupnya
serta kesedihannya namun ia masihlah tetap kak Qamar yang tak pernah mau kalah
dalam setiap perdebatan, luas wawasannya sehingga terus membuatku terpacu untuk
membaca lebih banyak hal lagi hingga ia tak tahu dan bertanya kepadaku apa itu.
Kak
qamar lulus dan diterima di SMK favorit di kotaku dan di jurusan favorit pula, im
proud of him. Dan aku berkata kepada diriku sendiri aku akan mengukir
prestasi pelampauinya atau minimal sama dengannya menjadi siswa terbaik di
sekolah.
Hubungnnya
dengan sahabatku sangatlah rapuh mereka semakin sering bertengkar dan aku masih
menjadi jembatan yang sama.
Aku
dan kak qamar sebenarnya lebih sering membahas menganai cita-cita ya memang
kadang sering) diselingi curhat tentang hidup. Aku suka mendengarkannya
bercerita, pun aku tak keberatan jika ia mencurahkan kepedihannya padaku
setidaknya aku bisa berguna sebagai pendengar yang baik.
Comments
Post a Comment