The Story Begin #5
Dibulan ketiga tahun 2014 tiab-tiba ada sebuah
pesan yang sesungguhnya telah lama aku rindukan timbulnya no itu di layar hp
ku. Ia mengabarkan bahwa ia akan berkunjung ke Jogja dan semoga bisa bertemu.
Tentu
itu tak mungkin, ada percabangan dalam diriku karena bertemu bukanlah hal yang
sederhana. Ibaratnya sekali bertemu aku tak tahu apakah hatiku masih berdiri di
tempat yang sama atau semakin buruk keadaannya (karena hatiku mulai tergoda
menganggap ia sebagai sebuah kesukaan dan itu berarti perkembangan buruk).
Dan
pada akhirnya aku tak menemuinya karena itu menurutku yang terbaik, bukan tanpa
alasan kok saat itu aku memang sedang da kesibukan..
Saat
itu aku menulis status di twitter “buku apa yang kau baca hari ini?”
Ia
menjawab sebuah judul dan ternyata adalah karyanya, ia bertanya apa aku tak mau
bertanya seperti apa ceritanya dan untuk siapa?
Aku
hanya menjawab oh bagus.
Karena
jika ku teruskan sepertinya aku bisa melompati batasan yang baru ku bangun. Bukankah
menjaga itu lebih baik? Dan kuputuskan tuk menjaganya.
Sebenarnya
aku masih terus memantau kondisinya lewat beberapa media sosial, dan ternyata
ia sedang dalam proses memperbaiki diri, bisa dibilang ia mulai lebih sholih.
Aku senang saat tau ia mengikuti ukki dan menajdi salah satu tutor.
Suatu
waktu ia juga mengingatkanku untuk tak update diluar JMA (Jam Malam Akhwat).
Makin
mantaplah hatiku untuk tak mengganggu proses ia memperbaiki diri. Jarak adalah
salah satu hal yang patut disyukuri
Sampi
pada bulan ketujuh aku pulang ke kampung halamanku dan membuat sebuah event
yang saat itu membuka kesempatan banyak orang untuk berpartisipasi maka aku
menghubungi semua orang dikontakku untuk mengajak mereka bergabung begitu juga
Kak Qamar. Tapi kami berhubungan seperlunya tak ada bahasan pribadi sama
sekali.
Tiba
dipenghujung bulan juli ia mengabariku lewat pesan bahwa ia akan kembali sege
ke Surabaya tanggal 3 agustus. Saat itu, ia sebagai salah satu partisipan dalam
acaraku mendapat sebuah kenang-kenang yang masih berada di tanganku. Ia
mengatakan ia akan kerumah untuk mengambil atau kalau tidak aku boleh
menyimpannya.
Ya
hanya begitu, begitu saja. jika diingat-ingat aku sudah tak bertemu langsung
dengannya selama 2 tahun dan pertemuan terakhir kita bisa dibilang hanya
sekelebat karena saat itu aku sedang berlari dan ia duduk. Sebenarnya canggung
dan agak sedikit bingung bagaimana aku harus menyerahkan kenang-kenangan ini.
sempat berfikir awalnya akan ku kirim via pos karena kalau bertemu aku malu.
Tapi pada akhirnya kuputuskan kita akan bertemu di rumahku saja toh hanya
sebenatr dan aku tak akan memintanya mampir ke dalam. Ya begitu pikirku.
Aku
menunggu ia di rumah, tapi ia tak kunjung datang hingga paada tanggal 2 Agustus
aku pun berfikir mungkin akan ku kirimkan lewat paket saja kealamat kosnya di Surabaya
sebab ia kan akan berangkat besok mungkin ia sibuk bersiap.
Comments
Post a Comment