The Story Begin #6
Tanggal
3 Agustus 2014 pagi hari pukul 5.15 WIB, tiba-tiba hpku sibuk sekali banyak sms
masuk dan beberapa panggilan. Ku buka sebuah pesan dari seorang sahabat
Innalillahi
wa inna ilaihi roji’un
Telah
meninggal dunia ......
Aku
tak percaya menurutku ini pasti hanyalah satu satu kelakarnya. Kak Qamar memang
senang sekali mengagetkanku dengan hal seperti ini sudah tak terhitung waktu
dulu ia sering berusaha bunuh diri, tapi itu sudah lama ia bukan anak laki-laki
seperti itu lagi.
Jam
05.30 aku bergegas bersiap meraih kunci dan menelfon seorang teman tuk
menanyakan kebenarannya.
Tapi
temanku hanya mengatakan sabar sabar sabar, tak jelas
Aku
pun segera melajukan motorku menjemput seorang teman dan saat ku temui wajahnya
penuh air mata. Aku bingung
Pagi
itu udara terasa begitu aneh, gerimis pun mulai turun. Kupacu motorku tak
berniat mengebut namun juga tak berniat berlama-lama menyusuri jalanan.
Aku
merasa begitu kosong, untuk pertama kali dalam hidup aku merasa sangat kosong
dan hampa, serasa semua benda berhenti dan aku bingung sendiri.
Ku
lihat dari kejauhan selendang berkibar dijemuran sebelah rumahnya, ada tanda
bendera putih dan kuning, aku melangkah perlahan tapi rumah itu hanya dipenuhi
manusia yanag sedang duduk. Aku tak menemukan sosoknya.
Aku
merasa terhempas jauh jauh jauh inderaku seolah tek bekerja dengan benar
mengartikan setiap stimulus yang tertangkap. Saat itu hpku berdering, telfon
dari seorang guru yang sangat aku sayang, beliau mengatakan sabar dan harus
kuat begitu katanya. Tapi otakku sepertinya kosong, aku tak bisa berfikir bahkan
aku tak mengijinkan air mata jatuh sebelum aku benar-benar bisa memastikannya.
Ku
langkahkan kaki, tapi kakiku terlalu lemas tuk melangkah tapi aku terus
berusaha berdiri meski harus berkali-kali duduk karena kakiku seolah tak
bertulang.
Aku
tiba disebuah gundukan tanah basah seolah baru ditimbun, disebelahnya ada dua
gundukan yang lebih kecil, diatasnya tertabur bunga amwar. Pagi itu syahdu.
Betapa dramatis pertemuan kita setelah lama tak bertemu, pun aku tak
berkesampatan melihat jenasahmu. Namun aku tersenyum.
Aku
tersenyum karena kau adalah orang yang baik, suka membantu kaum fakir, kau
mencintai anak yatim bahkan cita-citamu mendirikan rumah tuk anak yatim, kau
adalah ikhwan sholih, itu yang kupahami dan tentu Allah tak sabar bertemu orang
sebaik dirimu. Aku lega karena kau pergi dengan tanpa membawa beban hubungan
yang tak Allah suka aku bersyukur untuk itu dan aku percaya kau kan tidur
laksana bayi dan dikelilingi para bidadari.
Itulah
yakinku.
Maka
benar menyayangi seseorang berarti kau tak ingin ia melakukan hal yang tak
Allah suka apalagi hal itu adalah dirimu. Jangan sampai kau menjadi penyebab ia
melakukan hal yang Allah tak suka.
Aku
senang mengenal seorang teman, sahabat, kakak sepertimu.
Dan
pada akhirnya pun Allah memberiku isyarat yang sangat nyata.
Aku
bersyukur bisa mengenal orang sepertimu
Mengajarkan
banyak hal tenatang kehidupan juga mimpi
Kau
mengajariku tuk tak takut bermimpi, menjadi gadis yang pintar seperti yang
sering kau katakan bahawa adikmu adalah gadis yang pintar., aku senang memiliki
seorang kaka sepertimu yang begitu inspiratif. Terima kasih.
Bahkan
kau yang kemungkin bagi orang lain terlalu over protective tapi bagiku
kau melindungiku dari perilaku konyol.
Kau
mengajarkan bahwa manusa memiliki kelemahan juga kelebihan. Mencintai seseorang
bukan berarti hanya mencintai kelebihannya tapi juga bisa berjdamai dengan kekurangannya.
Kau adalah dirimu satuan kelebihan juga ada kekekuarangan tapi itulah kau yang
selalu berusaha memperbaiki diri. Bukankah egois jika aku hanya memikirkan
kekuaranganmu padahal kau punya banyak sekali kelebihan?
Bukankah
egois bila jika aku menangis meratap kepergianmu menemui penciptamu?
Selamat
jalan mas
Teriring
do’aku bersamamu
Semoga
Allah mengampuni dosamu, menerima amal baikmu, melebarkan dan diterangkan
kuburmu, serta dihindarkan dari siksa kubur.
Comments
Post a Comment