Namanya Ali

Hai sunshine
Apa kabar nih? Semoga sehat-sehat ya kawan, musim covid-19 ini semoga menjadi jalan untuk kita naik tingkat.
Seluruh dunia sedang mengalami pandemi, iya kalian udah pada tahu hanya aku ingin menulis catatan siapa tahu jadi sejarah.
Kita perlu melakukan beberapa hal untuk menjaga diri dan orang lain:
1. Cuci tangan dengan sabun
2. Social distancing
3. Kalau sakit segera berobat, gunakan adab saat batuk dan bersin dengan menutup. Dianjurkan pakai masker ya supaya tidak menulari yang lain
4. Makan minum yang sehat
5. Nikmati mentari pagi alias caring alias sun bathing
6. #dirumahaja

Sebelumnya kagak kepikiran kalau covid-19 akan sampai ke pelosok ngeri begini pencegahannya, but ini bagus karna kita jadi saling menjaga.

Oh ia kemarin kan aku nulis tentang perjalanan ke Bondowoso ya. Nah salah satu tim disana ada yang berkunjung ke Banyuwangi nih namaya Ali ngakunya sih anak Pontianak.
Emang sih sekolah kami sedang libur tapi minggu lalu peraturan pemerintah masih meminta guru untuk tetap masuk, but my headmaster bilang kalo guru bukan manusia sakti yang kebal covid-19 jadilah khusus sekolah kami gurunya menerapkan penjagaan diri #dirumahaja #workathome but khusus aku nih karna belum terlalu paham bikin program jadi aku masuk.
Happy? Bangetlah kan jadi beasa private lesson guru.
Karna Ali ada di rumah headmaster, mbak faiz juga nemenin aku, jadilah kami berempat tiba-tiba berubah jadi tim nano-nano.
Awaknya sih aku kira Ali ini orang yang sekeren itulah berada di atas langit, eh ternyata anaknya humble dan merakyat (nb: Ali ini adik-adik lo). Mulai dari cerita kisah dia di pondok, sampai cerita dia yang pernah deres karet di kampungnya dulu. Menurutku dia adalah perwajahan dari semangat pemuda Indonesia membangun negeri meski dari tanah nunjauh disana. Bangga aku dengar kisahnya Ali bagaimana dia tetap berdiri heehe intinya semua kita punya kisah begitupun dengan teman baruku Ali.
Hari kamis lalu kami nginap bareng di rumah headmaster, banyak hal sih yang dilakukan dan aku ngerasa nyaman dan beruntung bisa berjumpa dengan mereka. Kita mengkarantina diri di sana, masak, makan bareng, garap program sampai acara nobar.
Asli kegiatannya tuh isinya diskusi, jadi kayak ketemu orang yang pas banget buat ngobrol (di Banyuwangi soalnya baru ini nemu). Banyak cerita mayoritas sih kita ngobrolin covid-19 dan program. Saking rindunya kali ya sama anak-anak sampai semua yang kita lihat jadi disangkutin ke anak-anak.
Oh iya Ali sampai kita sebut sebagai Ande-ande Lumut loh soalnya dia tidurnya dilantai atas, jadi kalo mau kumpul dia harus turun dulu. Malam harinya kita nobar, mewek parah mbak faiz mukanya samapi bengkak. Kita nonton 2 film (Bajrangi Baijan yang bikin mata mbak Faiz bengkak dan Midnight Runner yang bikin kita ngakak).

Kesimpulannya aku senang bisa kenal teman-teman dan teman baruku yang namanya Ali.

Comments

Populer Post

Sinopsis novel Akatsuki

Proses Osmosis pada Kentang

Bunga dan Kumbang