Writing therapist
Jaman masih kuliah dulu ada matkul psikologi umum dosennya bu Tien. Pelajarannya waktu itu kita bahas teori frued tentang gunung es, dimana emosi manusia yang tampa seringkali seperti gunung es apalagi bagi mereka yang memiliki masalah namun tak segera diselesaikan. Teori gunung es ini maksunya, kalian tahu gunung es di lautan gak? Nah gunung es ini yang terlihat tak sama vesar dengan apa yang tak terlihat. Yang berada di bawah permukaan laut jauh lebih besar daripada yang terlihat. Maka jika terlalu overload manusia dalam menahan diri namun tidak menyelesaikan persoalan emosinya, akan jadi bom waktu dimana permukaan yang tak terlihat akan muncul ke permukaan dan ini bukan hal baik.
Untuk itu kenapa setiap rasa negatif yang hadir sebab masalah harus diselesaikan, karna efek dari tidak selesainya persoalan akan menumpuk dan suatu saat akan muncul ke permukaan. Bahkan seringkali sampai orang yang mengalami ini akan kebingungan pada permasalahan aslinya.
Back to the topic
Dulu dosenku mengajarkan beberapa cara untuk melepas/menyelesaikan beban emosi yang ada, salah satunya adalah dengan terapi menulis. Subjek akan dimita menulis apapun yang dirasa mirip kayak diari gitu sebenarnya. Bisa nulis tentang apa yang dirasa juga bercerita, intinya membuka diri pada diri sendiri dan juga psikolog (bagi yang bukunya perlu disetor saat konseling).
Aku sempat merasa mengalami psikoneurisis dulu karna kebanyakan baca tentang itu jaman kuliah. Juga memang saat itu sedang mengalami persoalan yang agak desperate buat aku. Aku mulai ngobrol dengan orang-orang tapi tak mendapatkan jalan malah muncul insecure dan menyalahkan keadaan lalu timbul sikap tak peduli/acuh.
Kemudian aku mulai nulis deh apapun yang kufikirkan, udah jalan 6 tahun buat nulis meski gak konsisten sih soalnya kadang mikir kasian sama yang baca tulisanku takutnya jadi ikut ngerasa desperate.
Dengan menulis bagian diri kita akan menemukan sisi lain yang sering tak kita sadari bahwa sebenarnya penyelesaian dari segala persoalan rasa juga perspektif pikir kita ada pada diri kita sendiri.
Akan ada dari dirimu yang pasti berfikir positif diantara kegalauan yang melingkupimu.
Sebenarnya aku udah suka nulis sejak SMP sih lanjut sampe sekarang hanya saja genrenya yang ganti banget. 6 tahun lalu cukup merubah banyak hal ternyata.
Dan sekarang aku sampai dititik oke aku akan menulis apapun sebab aku ingin orang lain tak merasa apa yang kurasa dulu.
Buka buku galau dari 6 tahun lalu, aku merasa bersyukur dan bangga karena bisa bertahan dengan baik dan bisa menjaga kewarasan.
So menulislah jika kamu merasa terlalu lelah, menggambar juga boleh. Ekspresikan dirimu jangan kau kerangkeng rasamu, sebab Tuhan memberikanmu emosi agar menjadi manusia.
So tetap jaga kewarasan dan lihatlah sekeliling pasti ada orang yang kan bersedih saat kau pergi.
Kamu berharga, sangat berharga, untuk itulah kamu diciptakan
Comments
Post a Comment